Melihat dan membaca kejadian tentang Rohingya membuat saya berusaha terus membaca dan mencari tahu tentang apa yang sebenarnya terjadi disana. Setelah membaca buku terbitan Pusat Advokasi Hukum dan Hak Asasi Manusia Indonesia (PAHAM Indonesia), saya mendapatkan suatu hal yang lain, sebuah duka yang lain dari Rohingya.


--Perempuan dan Anak : Duka Rohingya yang Lain--

Dalam setiap konflik yang terjadi di negara-negara dunia, perempuan dan anak selalu menjadi korban. Keterbatasan fisik kadang menjadi salah satu kendala sehingga mereka pun tidak dapat menolak penindasan yang sebenarnya tidak dialamatkan kepada mereka. Termasuk pada wanita dan anak-anak Rohingya. Dilihat dari sejarahnya, Rohingya merupakan etnis yang sudah lama menjadi ‘bulan-bulanan’ oleh negaranya sendiri. Negara yang dengan keinginan kuat membersihkan Myanmar dari Rohingya. Atas nama tujuan pembersihan etnis Rohingya, Myanmar memberlakukan beberapa aturan yang mendukung depopulasi etnis Rohingnya.

Sepasang laki-laki dan perempuan Rohingya yang ingin menikah harus mendapatkan izin dari negara yang baru akan dikeluarkan dalam waktu dua tahun. Waktu dua tahun ini bukanlah waktu rigid karena jika ingin mengambil izin tersebut harus membayar dua juta. Jangankan bayar dua juta, untuk hidup layak saja tidak mencukupi sehingga mayoritas dari Rohingya yang ingin menikah akhirnya terpaksa memilih untuk tidak diakui sebagai pasangan yang sah oleh negaranya.

Tentu saja akibatnya anak-anak yang dilahirkan dari perkawinan ini tidak menjadi anak yang sah dan artinya tidak ada hak yang akan diperoleh oleh sang anak dikarenakan statusnya yang tidak diketahui. Pada tahun 1994 dikeluarkan aturan yang mendukung pembatasan perkawinan yaitu bagi pasangan Rohingya yang menikah siri akan dihukum dan dipenjara selama tujuh tahun dan perempuan yang hamil dari nikah siri akan dipaksa untuk menggugurkan kandungannya. Jikapun Rohingya mendapatkan izin menikah, masalah belum selesai karena mereka harus taat pada aturan maksimal hanya akan mendapat anak dua orang.

Aturan ini sudah pasti menimbulkan antipati terhadap pemerintah sendiri karena sangat jelas tujuan akhirnya adalah kemusnahan dari etnis Rohingya. Maka, untuk meng-counter usaha depopulation ini, Rohingya berusaha memiliki anak sebanyak-banyaknya. Upaya ini disatu sisi berdampak positif karena akan menghasilkan semangat dan harapan terhadap eksistensi Rohingya, namun disisi lain perencanaan masa depan anak juga sangat dibutuhkan agar keberadaan anak menjadi berkualitas.

Hal yang miris terjadi manakala seorang perempuan Rohingya melahirkan banyak anak namun tidak disertai perencanaan yang baik sehingga banyak anak yang akhirnya terpaksa 'dibuang' ke Bangladesh karena orang tua tidak mampu membiayai maupun menjaga dari ancaman pihak yang tidak bertanggung jawab. Selain itu, tekanan mental akibat konflik berkepanjangan berakibat pada orang tua yang tidak siap dalam mendidik anak sehingga emosi yang bergejolak di dalam individu orang tua harus dilampiaskan kepada anak, dan sekali lagi, sudah pasti anak yang menjadi korban.

Burma Digest 2005 mengatur bahwa akte kelahiran tidak boleh diberikan kepada muslim. Hal ini tentu saja mengenyahkan kesempatan yang seharusnya dimiliki Rohingya untuk hidup selayaknya manusia yang merdeka.

NRC (National Registration Card) diberikan kepada yang hanya mengaku sebagai Buddhist. Hal ini mengakibatkan tidak sedikit muslim Rohingya yang akhirnya mengaku sebagai Buddhist atau memang secara sadar menggadaikan keislamannya demi kartu kependudukan ini.

Saya membayangkan, monster apa yang akan dibesarkan dalam kondisi seperti itu. Sejak lahir mereka terbiasa menerima kebencian, kondisi tertindas, bahkan orang tua dan keluarganya bisa dibunuh kapan saja, atau sebagian yang beruntung bisa menjadi ‘manusia perahu’, terluntang lantung ditengah laut tanpa pengakuan negara dan berharap ada tempat yang bisa dihuni oleh mereka. Anak-anak Rohingya berhak untuk segera keluar kondisi ini! Kembalikan senyum anak-anak Rohingya!



Hallo sob! PSDM BEM KM IPB 2015 punya gebrakan diawal kepengurusan nih, nama kegiatannya #RuangTamu. Penasaran isinya apa? Kita diskusi dengan platform WhatsApp, karena kita sama-sama libur kan? Pasti sulit buat mengadakan kegiatan yang sifatnya tatap muka langsung. 
Oh iya, sebenarnya ini bukan hal baru, kegiatan diskusi dengan platform WhatsApp ini saya dapatkan dari kawan-kawan di Forum Indonesia Muda, dan sepertinya cukup baik sering-sering diadakan sesi diskusi seperti ini. 
Supaya lebih tergambar seperti apa, silahkan baca notula diskusi yang telah dibuat.
Selamat membaca! Selamat terinspirasi :)




“A team is a group organized to work together to accomplish a set of objectives that cannot be achieved effectively by individuals”

Team building adalah proses membentuk kesinergian dalam mencapai goals dan tujuan yang dibuat oleh sebuah team. Banyak yang salah tanggap tentang team building ini sendiri.

Yuk diskusi dan share bersama di Open Discuss #RuangTamu

"TEAM BUILDING AT BEGINNING" 



Lets begin the discussion!

Diskusi 1,
Jam : 20.30-22.20
tema : teamwork building di organisasi. 

boomber : Gugi Yogaswara, S.T
moderator : Mogi Bian Darmawan
notulis : Sri Rafika Wulandari


Tujuan teamwork
Pada dasarnya, teamwork itu adalah memperjuangkan tujuan yang sama dengan memanfaatkan segala perbedaan yang ada

Metode teamwork
- kadang ada kontradiksi dalam interaksi teamwork dalam organisasi, Yakni: disatu sisi ingin membangun kesamaan tujuan sekaligus memahami karakter teman, namun disaat yang bersamaan kita harus disiplin dan tegas pada mereka yang melakukan kesalahan.
- jangan sering memaklumi kesalahan dengan dalih ingin memahami karakter teman kita dalam membangun teamwork karena orang yang melakukan kesalahan tetap harus di judge. Caranya :
jangan kita yang menjudge, tapi sistem yang menjudge dengan membuat sistem dalam organisasi yang disepakati bersama (misal : sistem reward and punishment). sehingga, tidak ada orang yang sakit hati.. karena yang menjudge bukan kita secara pribadi. melainkan sistem...

Sesi diskusi

1. Aldi : cara menyamakan tujuan ?
- ini menjadi tugasnya pemimpin organisasi dalam menyamakan visi semua anggotanya. Jangan sampai yang paham visi organisasi cuma ketuanya
- Rekan-rekan dulu waktu daftar di organisasi pasti nulisin tujuan, motivasi, harapan yang ingin dicapai kan? itu jangan cuma dijadiin berkas formulir aja... tapi dipelajari... sehingga kita bisa tau tujuan teman-teman kita di organisasi apaan...
- Sebisa mungkin dalam setiap forum yang ada, harus ada pengingatan mengenai tujuan kita di organisasi itu apa... sehingga tujuannya ter"INTERNALISASI" di kepala setiap pengurus....

2. Adnan Tagor : Bagaimana kita memberi punishment atau membuat sistem punishment yang baik kalau ini sebuah kegiatan yang non-profit atau kesukarelaan ? 
simpelnya seperti ini, mengatur pola komitmen orang2 sukarelawan itu tidak mudah karena tidak banyak motif yang mengikat mereka. Namun kita bisa masuk pada nilai2 integritas melalui komitmen yang ada di awal. Pastikan bahwa semua orang yang ada dalam organisasi memiliki suara untuk menyatakan komitmen mereka pada organisasi dan pada sistem di dalamnya... sehingga nanti jika mereka melakukan kesalahan kita bisa memiliki power dengan mempertanyakan "Integritas kamu mana? Kamu kan sudah komit di awal"...... dan punishment bisa masuk setelah itu

3. Aulia: Sering kali buat memahami karakter orang lain itu harus ada salah satu pihak yang mengalah. Dalam kata lain, yang satu memahami yang satu dipahami.. Nah, yang harusnya dipahami itu yang kaya gimana? Trus juga hal-hal yang boleh diexcuse itu yg seperti apa?
Jawab: mengalah atau tidaknya itu sama sekali tidak ada masalah... yang seringkali menjadi masalah adalah keadaan dan perasaan setelah mengalah itu... kalau kita sudah mengalah pada seseorang yang sulit dikasih tau... yasudah.... jangan sampai setelah kita mengalah pada seseorang, malah kita yang kebawa emosi, kesel, galau, marah, dan akhirnya nggak produktif malah ngegosip di belakang....

kmudian, kalau dikira kamu nggak bisa mengalah karena kalau mengalah terus dia nggak berubah-berubah... ya kamu harus tegas... kalau ybs marah juga nggak apa2 karena tujuan kita di organisasi bukan untuk membahagiakan semua orang kan?
-pake standar biasa aja, yang boleh di excuse : keluarga, akademik, kesehatan, dan keagamaan.

4. dinda : Bagaimana cara mengatasi sikap individualis dan ketidakempatian seseorang dalam proses untuk menuju tujuan proker maupun organisasi ? Apakah itu hal yang sangat penting dibanding profesionalitas?
Jawab : @dinda : ini untuk teman-teman juga..... kalau disini masih ada yang nanya lagi tentang "bagaimana cara dan bagaimana cara" mungkin saya akan menjawab dengan cara saya menangani... namun belum tentu cara saya akan sesuai dengan rekan-rekan semua... sehingga better untuk cara, rekan-rekan bisa ekplor lebih dalam degan mencobanya sendiri...

namun, cara saya untuk menangani orang yang individualis adalah dengan ngomong langsung sama orangnya... karena kadang kita suka sembarang menjudge bahwa mereka individualis, gak komit, sombong dsb... padahal bisajadi mereka punya alasan yang logis dari karakter mereka yang kayak gitu. jadi cari tau dulu lebih dalam, kalau orangnya emang individualis..... jawabannya sama kayak pertanyaan adnan


5. Aldi : Kang gimana caranya kita menjaga kestabilan komitmen temen2 organisasi?
Jawab : saya asumsikan kamu adalah pemimpin organisasi.... kestabilan komitmen teman2 pada dasarnya berasal dari kestabilan komitmenmu dulu... "sampai saat komitmen mereka tidak stabil kamu harus tetap stabil... sehingga kamu tetap berkomitmen untuk mengajak yang lain berkomitmen kembali" (di ingat2)
karena, komitmen yang dipimpin adalah cerminan komitmen yang memimpin

6. Adnan : Kalo yg terjadi bukan dari anggotanya melainkan dari ketua anggota tersebut yang membuat kesalahan (menghilang tiada penjelasan )??? Gimn bang?
Jawab : haha, kalau gitu, salah kita.. kenapa kita milih dia... haha. Canda, yah kalau gitu lain cerita, mungkin jalan terbaik kita kerjakan apa yang bisa kita kerjakan...

7. Fika : Kak, saya pernah mengalami hal pada point no 2 yg kaka katakan diawal. Persis bnget.*curcol*
Awalnya emang dimaklumi. Tapi tetap aja gk berubah. Nah saat itu blm ada kesepakatan sistem yg ngejudge. Apakah kalo kita baru buat sistem tsb disaat kejadian itu sudah terjadi dikatakan terlambat ? Dan saat sistem sudah menjudge, namun tetap gk ada efek dan perubahannya, apa yg harus kita lakukan ? Apakah harus memakluminya lagi?
Jawab : nggak terlambat kok.... hal itu dalam organisasi sering disbut "Continuous Improvement" perbaikan berkelanjutan... kita nggak bakal bisa membuat sistem sempurna di awal.. tetap butuh penyempurnaan. untuk pertanyaan kedua dan ketiga jawaban saya : ini mungkin masuk ke gaya kepemimpinan yah... bagi saya, saya akan menghitung kebutuhan organisasi mengenai cost dan benefitnya.. jika keberadaan ybs malah menambah beban karena jadi merusak sistem, jadi contoh yang kurang baik buat yang lain, dan bahkan benefit dari keberadaan ybs kurang strategis.. saya akan langsung ngomong ke ybs 4 mata dan bertanya, "Performa kamu jelek, merusak sistem, dsb.... kamu kenapa? Kalau kamu nggak bisa lagi komit di sini, kamu bisa ajukan pengunduran diri..."

8. Dilla : jenis kesalahan apa yang efektif di judge oleh sistem ,semua kah?karena terkadang lebih "ngena"jika pendekatan secara personal dari pada di judge oleh sistem / di forum ?
Jawab : lebih ngena lagi kalau dua-duanya... kita ngejudge dia salah melalui sistem yang disepakati bersama... tapi untuk mengetahui KENAPA dia melakukan kesalahan, kita lakukan pendekatan personal... karena yang boleh toleransi itu manusia bukan sistem..

9. Khoirunnisak : Memahami karakter seorang teman dalam satu organisasi itu susah2 gampang ya kak..
Nah, bagaimana cara kita mengenal dan memahami karakter orang2 "istimewa" seorganisasi yg belum pernah kita kenal/temui sekalipun?
Treatment seperti apa yg bs kita berikan untuk orang tsb? Istimewa di sini maksudnya keras kepala, tertutup, selalu minta diperhatikan dll
Jawab : mau orang tersebut keras kepala atau tidak... ybs tetap manusia... mereka punya hati... sentuh hatinya kalau nggak bisa sentuh kepalanya... jangan kebanyakan nanya cara kalau bisa, tanya dulu apakah kita sudah optimal dalam mengenal mereka?
1. apa kita udah kenalan langsung?
2. apa kita tau latar belakang keluarganya
3. apa kita tau cara dia belajar dsb...
kalau belum ya ditanya aja langsung... jangan membuat ribet sesuatu yang kita belum tau itu ribet atau nggak karena belum kita lakukan

10. Fika : Gimana kalau misalnya leadernya itu udah sering nyampein tujuan teamwork itu tapi dari para team blum bnyak yg paham. Tindakan apa yg mesti diambil sang leader?
Jawab : coba pahami terus, kan banyak faktor kenapa mereka nggak pahan, bisa jadi cara menyampaikannya nggak sistematis, anggota team lagi pada capek abis UAS, atau pada abis begadang karena ngerjain laporan jadi nggak fokus....

11. Iben : Cara kaka menegur tanpa menyakiti,menolak tanpa mengurangi arti?
Jawab : di awal, saya akan menegur langsung... tanpa peduli dia akan sakit hati atau apa... sampai ybs memberikan respon terhadap teguran saya. Kalau teguran saya menyakitkan hati dia, berarti saya ke depan harus lebih cantik menegurnya.. tapi kalau nggak sakit hati malah meningkat performa nya.. maka saya kan tegur dengan cara yang sama

12. Adnan : Kalo yg terjadi semua pekerjaan kita itu harus melewati ketua tetsebut katena semua keputusan harus melewati ketua kan kk ?? Tetapi ketua itu menghilang. Jadi apa yg harus di perbuat?
Jawab : jangan dibuat ribet, kalau ngilang yaa ngapain dijadikan pertimbangan... palingan cuma minta ttd... yaa rapat istimewa aja untuk menntukan PJS organisasi, atau bisa lapor ke DPM biar dipermudah proses restrukturisasi (kamu BEM kan yah?).
" just focus on substantial context... dont annoyed by technical aspect"

13. Aldi: Ketika dibuat suatu sistem yang baik dan ada orang yang ga bisa bertahan dengan sistem sehingga mengharuskan orang itu keluar. Ketika orang itu keluar dibutuhkan pengganti, berarti ada yang masuk sistem. Pendapat kakak kalo di suatu organisasi ada yang keluar masuk gimana?
Jawab: kalau keluar masuk yah jelek banget. Bisa diatur aja prioritasnya.... jangan sampe prosesi pergantian orang jadi melemahkan bargaining organisasi kita.

14. Rizal : Dalam organisasi, apabila seorang pemimpinnya kurang dpt dominan dan merangkul anggotanya di banding salah satu anggotanya. Apa yg harus dilakukan oleh pemimpin tersebut dan sikap apa yg seharusnya anggota yg dominan tsb lakukan.
Jawab : pemimpin harus dominan... karena dengan dominasi ia menunjukkan tanggung jawabnya yang besar. Ya harus belajar gimana caranya mendominasi organisasi. Adapun sikap anggota yang mendominasi... harus paham peran, hak dan tanggung jawab. Sampaikan semua usulan2nya ke pemimpinnya, sehingga pemimpin yang nggak dominan bisa kita support supaya bisa dominan

15. Adit : Klo kata sun tzu sih apabila anak buah tidak mengikuti arahan karena perintahnya tidak jelas itu salah jèndralnya.tetapi apabila perintahnya jelas tapi arahan tetap tidak diikuti yg salah anak buahnya

16. Rizal : Apabila memang kapasitas dr pemimpinnya *mohon maaf kurang dan salah satu anggota tersebut lbh mendaptkan kepercayaan publik. Dan apabila diteruskan begitu saja dpt merusak sistem maka apa yg harus dilakukan pemimpin tsb.
Jawab : bagi saya kalau udah jadi pemimpin, nothing to lose... nggak boleh menyerah... harus bisa tmapil prima gimana pun caranya. Walaupun sistem yang dicanangkan jadi nggak beres, setidaknya kita bisa mempelajari lebih dalam dari kesalahan beliau agar kalau kita sudah menjadi pemimpin, kita tidak seperti beliau....

Closing :
"Stay foolish, stay hungry"
Jangan cepat berpuas diri, tetap belajar dan rendah hati

Sampai jumpa di sesi #RuangTamu selanjutnya! :D
polling tentang sosok inspiratif di asrama (abaikan emotnya -_-")

singkatnya, pagi tadi supervisor asrama kami, Bang Pauzi melakukan polling sosok yang menginspirasi di asrama. rulesnya adalah : angkatan 2012 memilih satu nama anak di angkatan 2013, dan sebaliknya, yang 2013 memilih satu nama anak di angkatan 2012. dan polling singkat pagi tadi memberikan hasil seperti diatas, hoho, terharu saya :')

sebenarnya saya ini orang yang agak cuek atas penilaian orang lain. tapi entah kenapa saya ingin membagi rasa bahagia ini. mungkin benar kata seorang teman, "lo jangan selalu merasa ga ngelakuin apa-apa, padahal orang lain begitu menghargai apa yang lo lakuin, kasih apresiasi buat diri sendiri itu penting."

ya, 4 bulan kemarin saya memang sempat menjadi presiden asrama ppsdms, tapi saya menilai kepemimpinan saya di asrama itu buruk. banyak peraturan yang dilanggar karena minim kontrol, agenda asrama yang tidak tereksekusi dengan baik, banyak kritikan dari supervisor, tapi ternyata teman-teman memberikan apresiasi yang begitu indah pada saya. saya justru merasa malu menerima penghargaan sebagai sosok inspiratif di asrama karena belum banyak yang saya berikan pada teman-teman disini.

yang saya ingat, saya mengajari teman-teman untuk main werewolf, rihlah ke puncak, berenang bareng, senam indonesia, dan hal-hal aneh lainnya. tapi mungkin hal ini yang membuat mereka senang dan merasa nyaman. alhamdulillah..

padahal dibalik itu semua, ada rahasia besar yang coba saya sembunyikan, yang kelak mungkin akan meledak bagai bom waktu. tapi saya berharap semoga waktu pula lah yang memperbaiki semuanya.

semoga anak muda ini bisa terus membagi keceriaan dan inspirasi dimanapun :D
tanggal 20-24 agustus kemarin saya mengikuti kegiatan National Leadership Training (NLC) dari PPSDMS. sebuah anugerah besar dari Allah dimana saya bisa bertemu pribadi terbaik negeri dari berbagai kampus, ada dari UI, ITB, Unpad, UGM, ITS, Unair, USU, dan Unhas. kami berbeda almamater, tapi satu tujuan, menjadikan Indonesia lebih baik dan bermartabat serta mengharap keridhaan Allah pencipta alam semesta. juga pemateri yang luar biasa ditiap sesinya. dan yang paling sulit dilupakan adalah bapak-bapak tentara yang setia mendampingi kami, bahkan saat makan :')

tapi kawan, bukan itu yang ingin saya bagi malam ini. ini cerita ketika acara NLC sudah selesai. kegiatan NLC baru benar-benar selesai pada pukul 14, saya menyempatkan hadir ke rapat Indonesian Students Unite di Perpusat UI, hingga Papa menjemput ba'da shalat ashar.

saya dijemput oleh orang tua, mereka baru saja pulang dari pernikahan saudara kami. badan saya sangat lelah, maklum, saat NLC tidur tidak lebih dari 5 jam tiap hari bahkan hanya tidur 2 jam pada malam terakhir.

sedih juga saat pengukuhan peserta orang tua saya tidak bisa menyaksikan, padahal saya menjadi perwakilan PPSDMS Regional 5 Bogor. tapi tak mengapa, pernikahan saudara kami itu lebih penting. yang menikah adalah anak dari kakak ayah saya. acaranya bersamaan dengan penutupan NLC, sayang sekali.

sepanjang perjalanan pulang kami bertukar cerita, lebih tepatnya saya yang mendominasi pembicaraan. saya adalah orang yang suka bercerita, apalagi kepada Papa dan Mama. ditengah-tengah perbincangan Papa bertanya, "kamu ga pengen kerumah bude dulu, Gi? biar ketemu sama keluarga disana."
"pengen pah, tapi besok aja ya, capek banget pengen istirahat."

sesampainya dirumah saya langsung rebahan diruang tengah, kalau dikasur repot, bisa bablas sholatnya nanti. hingga akhirnya malam tiba, saya tidur dikamar. sekitar pukul 23, Papa membangunkan saya, "Kalau rumah ini dipakai untuk menerima jenazah mbak dona, ga masalah kan? bude sekeluarga sudah disini"

deg! seketika rasanya seperti tertusuk di ulu hati. hari sudah malam, saya sangat kelelahan, dan saya sudah menerima banyak pelajaran saat mengikuti NLC, tapi tenyata Allah ingin saya belajar lagi malam ini, pelajaran mahal yang akan selalu saya ingat, "niat baik harus disegerakan, kita ga pernah tau apa yang bakal terjadi, pada diri kita, atau pada orang lain."

Info dari salah seorang mahasiswa IPB di sebuah grup whatsapp (30/6) 
Kejadian perampokan/kemalingan/musibah selama dua minggu ini: 
1. rencana perampokan di musola alfath, gagal karena korban melawan ketika disekap namun tangan kesabet pisau. 
2. wisma dinar, jendela kamar dijebol, tapi calon rampok kabur ketika melihat pemilik kamar sedang sholat tarawih. Disini terbukti keutamaan perempuan sholat di rumah. 
3. wisma biru, kemalingan hp dan laptop. 
4. musola agh, kemalingan hp dan laptop. 
5. kosan di balebak, kamar kebakaran akibat arus pendek dari terminal yang tidak dicabut. 
6. balio, kerampokan 3 laptop saat malam jam 11. 
7. balebak, perampok ngetuk pintu dan nyodorin golok ke kepala korban kemudian berhasil bawa laptop dan hp. 
8. perampok yg sama dengan nomor 1 berhasil maling laptop di FKH. 
9. wisma flora pangkot kemalingan motor, motor rentalan pula. 
10. kosan radar, laptop hilang ketika sepulang sidang. 
dan lain-lain yang mungkin tidak tersebar via broadcast. 
“Tindak kriminal sekitar IPB sudah sangat meresahkan. Kalau ditengok latar belakangnya, mungkin kesenjangan masyarakatnya makin besar. Apakah karena banyak anak muda yang nongkrong-nongkrong pengganguran kah? Apakah ini termasuk ketidakpedulian kita dengan tetangga kiri kanan kita? Apakah selama ini kita sibuk urus yatim dhuafa pelosok sana sini, tapi ternyata saudara kita yang beberapa puluh meter dari kediaman kita sedang berada kesusahan tapi kita tidak menaruh peduli? Atau ini…. karena apa? Apa ya...” 
-Dari salah satu grup whatsapp yang membuat saya –dan kita harus benar-benar berkaca.

Mari berpikir dan merenung sejenak. Ini bukan lagi masalah saya, kamu, dia, atau mereka yang jadi korban. Ini jelas masalah kita bersama yang harus mendapat perhatian dan penyelesaian secepatnya. 

Kita mulai dari apa saja yang menjadi penyebab kesenjangan, dan apakah memang benar terjadi? 

Rentetan kejadian ini dimungkinkan karena saat itu merupakan bulan puasa, bulan dimana mahasiswa yang tinggal di kostan atau kontrakan relatif lebih sedikit. Peluang tidak ketahuan saat melakukan tindak kejahatan semakin besar, saya percaya yang maling bukan orang baik yang nekat kerena adanya kesenjangan sosial. Ini emang momentum yang pas untuk maling dan pelaku tindak kriminal lain. Tapi mungkin juga benar. Karena mahasiswa yang kurang peduli terhadap sekitar kostan dan kontrakannya sendiri, sehingga dihampir setiap kejadian kemalingan tidak terlalu ditanggapi serius oleh warga, hubungan emosional antar warga-mahasiswa nyaris tidak ada. 

Di sekitar kampus kini banyak berdiri kost-kostan megah, sedikit banyak ini menunjukkan adanya kesenjangan yang terjadi. Bayangkan, di dekat kontrakan saya dulu (Jl. Lodaya samping Hei’s Futsal), kita masih mendapati keluarga yang tinggal dirumah sepetak dengan penerangan minim. Yang membuat saya bergetar adalah mereka memasak dengan kayu bakar. Keluarga kecil ini juga menjual nasi uduk dan lontong sayur. Masih biasa saja? Tapi coba lihat lebih dalam, ternyata banyak warga sekitar membeli nasi uduk disitu dengan harga seribu rupiah saja. Apakah hal ini cukup menggambarkan kondisi ekonomi warga disana? 

Kini saya telah pindah ke Wisma Pajar, masih di daerah yang sama, Babakan Lebak. Pada minggu terakhir UAS semester genap 2014 kemarin, saya ‘jalan-jalan pagi’ untuk sekadar membeli sarapan. Karena itu adalah hari minggu, agak sulit menemukan tempat sarapan yang buka sehingga saya berjalan cukup jauh. 

Saat saya membeli sarapan, rupanya banyak warga yang berkumpul untuk melaksanakan kerja bakti lingkungan. Dari alat pengeras suara musholla juga diumumkan dengan cukup jelas, “Perhatian bagi warga RT.XX RW.XX hari ini diadakan kerja bakti lingkungan, kepada warga dan mahasiswa, dinantikan partisipasinya untuk bersama-sama membersihkan saluran air dan got.” Begitu kalimatnya dan diulang beberapa kali. Disini saya merasa sangat bersalah karena sama sekali tidak ambil bagian dalam kerja bakti bersama warga. Dan ternyata, memang tidak ada satupun mahasiswa yang ikut dalam kerja bakti ini (mungkin sudah pada pulang kampung). 

Salah seorang rekan saya (Aulia M., Mahasiswi FPIK 49) mendapat tugas survei dari departemen untuk mengetahui 'Tingkat Kenyamanan Warga dengan Keberadaan Mahasiswa'. Tahu hasilnya apa? 

Banyak mahasiswa yang sibuk kuliah, mengadakan acara disana sini, tapi jarang melibatkan diri di acara RT/RW begitu pula sebaliknya kita jarang melibatkan warga di acara-acara kita di kampus. Banyak juga mahasiswa yang suka nongkrong-nongkrong tanpa tujuan jelas sampai larut malam yang menurut mereka sangat mengganggu. Parkir sembarangan, sopan santun tidak dijaga. Ketua RT setempat bahkan sampai berucap, “Saya cuma dianggep RT kalo lagi ada kehilangan barang doang.” Miris. 

Aulia menambahkan, banyak juga rekan-rekan satu departemennya yang diusir warga ketika hendak melakukan wawancara, alasannya bisa jadi karena warga sudah tidak percaya lagi dengan mahasiswa. Dimata mereka, mahasiswa itu sudah menjadi tukang rusuh, menyapa tetangga kalau punya keperluan tertentu saja (untuk data, survei, kuesioner, dll). 

Mereka (warga) menurut saya sudah cukup jengah dengan perilaku sebagian besar mahasiswa (karena saya yakin tidak semuanya) yang hanya menjadi ‘pencuri data’ (datang mengobservasi, lalu kabur membawa data tanpa ada timbal balik atau tindak lanjut). Warga tidak senang dijadikan objek wawancara, atau sekadar jadi data laporan dari tugas-tugas harian mahasiswa tanpa ada timbal balik positif langsung pada mereka. 

Salah seorang rekan saya, Haekal (Mahasiswa Fateta 49) juga menambahkan pandangan lain yang kini menjadi kebutuhan dan gaya hidup sebagian besar mahasiswa, media sosial. Tahu alasannya mengapa? Di kostan, begitu kasusnya, mahasiswa jarang keluar kamar karena merasa kebutuhan komunikasi sudah terpenuhi lewat media sosial. 

Mungkin kurang bijak jika membandingkan kondisi mahasiswa dulu dan sekarang. Tapi menurut informasi dari warga, pada masa yang lalu jika ada mahasiswa yang lewat depan kerumunan tetangga pasti akan menyapa, kini kita sering mendapati mahasiswa (mungkin termasuk saya) yang lewat didepan tetangga malah pura-pura sibuk dengan gadget

Sekarang kita dapat poin masalah mengapa interaksi antara mahasiswa dan warga berkurang. Salah satunya akibat kita kurang bijak menyelaraskan dunia maya (media sosial) dengan realita yang ada. Haekal menambahkan, mengapa ia agak kurang bisa ‘ngobrol’ langsung dengan warga? (ini juga masalah sebagian besar kita) karena kita belum bisa menyesuaikan materi obrolan, boleh jadi karena bahasa yang kita gunakan teralu rumit (contohnya adalah bahasa –isasi agar terlihat keren). 

Sampai disini, apakah sudah cukup jelas? Atau muncul sebab baru lagi? Apakah salah jika saya bilang semua kejadian yang menimpa kita adalah buah dari ketidakpedulian kita terhadap warga lingkar kampus? 

Kawan, ingatkah pada kalimat ini? 
“Bila kaum muda yang telah belajar di sekolah menganggap dirinya terlalu tinggi dan pintar untuk melebur dengan masyarakat yang bekerja dengan cangkul dan hanya memiliki cita-cita sederhana, maka lebih baik pendidikan itu tidak diberikan sama sekali.” 
--meskipun Tan Malaka mengeluarkan statemen tersebut pada masa pergerakan nasional, sebagai kritik bagi kaum terdidik masa itu yang hanya berpendidikan untuk meningkatkan status sosialnya atau sekadar mempertahankan kedudukan priayi orang tuanya. Padahal pendidikan pada saat itu sangat terbatas. Nah, dalam konteks masa kini? Apa sama? 

Bagi kita yang sudah mulai terusik nuraninya dengan kondisi ini, mari kita ambil pusing, kita cari solusi nyata untuk masalah kita ini. 

Ada beberapa hal sederhana yang bisa kita lakukan. Kita sering mengadakan kegiatan sosial, tapi coba jujur deh, kalau harus jauh-jauh sementara lingkungan lingkar kampus kita menyedihkan begini, apa yang sebenarnya kita cari? Citra baik? Kenapa tidak kita coba melibatkan warga lingkar kampus? Minimal kita ikut di kegiatan kerja bakti lingkungan, masukan dalam kegiatan rutin perkumpulan kita, kolaborasi dengan warga. Semacam acara cek kesehatan, donor darah, pasti kita bisa melibatkan warga, dan pasti mereka akan senang. Tapi karena kita mengadakannya di dalam kampus, mungkin tidak banyak warga yang bisa ikut. 

Dan yang paling sederhana, coba berkenalan dengan warga sekitar, bangun relasi baik dengan mereka (shalat jamaah di masjid bagi yang muslim laki-laki, biasakan tebar salam dan senyum). Dalam bermasyarakat, basa-basi sekadar menawarkan kopi itu penting (kata ayah). 

Lebih jauh lagi, kita bisa ikut dalam forum warga yang biasanya diadakan satu bulan sekali (di RW tempat tinggal saya di Jakarta diadakan tiap tanggal 5 pukul 20.00 di balai warga), disitu kita dapat memahami langsung kondisi warga dan jika kita aktif di lingkungan tersebut, saya yakin keluhan yang kita sampaikan akan direspon baik oleh warga. Teman-teman kita banyak yang suka nongkrong di warkop? Kenapa ga kita coba berdayakan untuk mambantu siskamling bersama warga dititik-titik tertentu? (muluk, tapi mungkin). 

Sekadar tambahan wawasan, didaerah saya, ada sekelompok orang yang suka mabuk-mabukan, lantas apa pengurus RW tinggal diam? Tidak. Mereka memberikan tugas kepada ‘pemabuk’ tadi, “Kalian boleh mabok disini, tapi pastikan, tidak ada orang lain yang mabok di kampung kita ini, kalau ada yang berani, hajar!” Dan walau terlihat tidak etis, ya, ini efektif. Pada huru-hara Mei 1998, pusat perbelanjaan (Kramat Jati Indah) yang ada disebelah kampung kami aman dari penjarahan, karena warga, preman, dan seluruh elemen masyarakat bersatu untuk melindunginya. Sementara pusat perbelanjaan di kampung sebelah, semua habis tiada sisa. 

Ini tulisan tentang kegelisahan saya. Banyak yang ingin saya lakukan namun saya sadar kapasitas saya sebagai seorang mahasiswa yang banyak lupa. Mungkin dengan bersama-sama, kita bisa melakukannya dengan lebih baik, lebih keren dan lebih terasa manfaatnya. 

Ingatkah pada tridharma yang mulia? Apa benar kita ‘Mahasiswa’? Atau kita hanya mengaku-ngaku menjadi ‘Mahasiswa’? 

Selalu ingat kata seorang guru kami, “Untuk melihat suatu kesalahan, yang kita butuhkan adalah cermin, bukan teropong.” 
Semoga rentetan kejadian tidak menyenangkan ini segera berakhir… 

Maaf apabila kamu tidak senang membaca tulisan ini. Pasti banyak kesalahan dalam penulisan disana-sini. Maafkan saya yang lancang menuliskan ini semua.. 

Persembahan Aku untuk Bangsaku! 
Mogi Bian Darmawan 
Forum Indonesia Muda Regional Bogor 

Ditulis di Sukabumi, 1 Juli 2014. Hasil kontemplasi dan percakapan di grup whatsapp BEM TPB IPB 49

[repost dari notes fb]
peace to be you!

malam ini gue mau berbagi pengalaman yang mungkin bermanfaat buat kalian. terutama buat mahasiswa, yakni tentang mendapat beasiswa. mungkin bagi sebagian orang, hal ini ga terlalu penting. ada yang sekali nyoba langsung dapet, ada yang bahkan belasan kali mencoba tapi belom jodoh juga. gapapa, namanya juga hidup.
berikut gue buatkan tips ala gue *halah* buat menggaet para pemberi beasiswa.

pertama, lo harus kepo. kepolah pada tempat yang benar, jangan di timeline mantan atau gebetan, ga akan dapet, kecuali gebetan lo karyawan rektorat #krik. biasanya tiap kampus punya kanal khusus buat nampung informasi seputar beasiswa.

kedua, pilih beberapa beasiswa yang sesuai sama kriteria lo. ada beberapa beasiswa yang bisa di-apply sejak semester satu, ada yang buat semester tiga, lima, atau untuk penelitian. kebanyakan beasiswa memberikan syarat IP diatas 3, atau 2,75 lah. disini pentingnya menjaga kualitas akademik lo. kalo yang dari semester satu, biasanya pake nilai rapot atau nilai UN.

ketiga, siapkan berkas yang diminta oleh pemberi beasiswa. kayaknya sepele, tapi saran gue jangan di tunda, kerjain segera ketika tekad lo udah bulat. berkas ini jangan dikerjakan asal-asalan, perhatikan sampai tata cara urutan berkas. misal diminta CV, transkrip nilai, essay, kartu tanda mahasiswa, sertifikat penghargaan dan sebagainya, susunlah sesuai instruksi, jangan ada yang missed.

keempat, beberapa beasiswa menjalankan tahap tes akademik bagi calon penerima beasiswanya. nah, disini lo harus kuatin kemampuan dasar, tes potensi akademik (TPA) dan bahasa inggris. sekadar saran, lo harus coba liat-liat soal dan iseng ngerjain, supaya ga shock saat hari H. selain kemampuan dasar, biasanya ada juga psikotes. ini tentang kepribadian lo, yang penting kerjakan dengan jujur dan tenang. jujur dalam psikotes itu penting, lo harus konsisten dalam mengatasi soal-soal. soalnya kayak masalalu, kadang menjebak #eh

kelima, setelah tahap berkas dan tes akademik dijalani dengan baik, lo bakal menghadapi seleksi wawancara. nah, ini agak sulit bro, karena bener-bener personal lo yang dinilai. tapi dari pengalaman gue (udah dua kali gue menghadapi ini, oleh dua pemberi beasiswa berbeda dan cara gue ternyata cukup oke #gayabet) lo harus memberikan first impression yang baik. dandan seperlunya, ga perlu heboh, lu cuma mau wawancara, bukan mau kondangan. pakaian rapih, wangi, rambut sisir, sikat gigi yang bener, dan hal standar lainnya. pas masuk, ucapkan salam, kemudian jabat tangan si pewawancara dengan mantap, tatap matanya sambil memperkenalkan nama lo. kalo lu melakukan ini, dipastikan dia bakal respek sama cara lo. kemudian biarkan wawancara mengalir. poin penting yang harus lo pegang adalah siapkan mental untuk pertanyaan kejutan, jangan tampakkan kepanikan lo, ngejayus juga gapapa, buat suasana nyaman buat lo juga pewawancara. kadang, pewawancara butuh sesuatu yang entertain, tapi jangan bercanda terus, bahaya.

keenam, berdoalah, dan minta doa sama orang lain. harusnya ini juga dilakukan sejak awal. perbaiki kualitas ibadah lo, kalo jarang solat dhuha ya sekali-kali cobain lah. atau bangun di sepertiga malam. hal-hal kayak gini penting banget. karena dengan menjaga hubungan dengan Allah, lo bakal dapet sesuatu yang mahal banget, ketenangan hati.

gimana kalo berhasil? ya biasa aja, ga perlu menampakkan didepan banyak orang, menjaga lebih sulit daripada mendapatkan bro. sikap harus biasa, ungkapan syukur yang harus luar biasa. bagi-bagilah beasiswa lo ke orang penting dalam hidup (ibu, bapak, kakak, adik. jangan pacar atau gebetan, siapa mereka? orang asing bro, ga penting).

gimana kalo gagal? ya biasa juga, gue ga akan sok nasehatin, tapi penting diketahui bahwa Allah selalu punya skenario keren buat kita. mungkin kita harus berusaha lebih keras, mungkin kita bakal dapet rejeki yang ga diduga-duga sebelumnya, atau mungkin memang ada yang lebih berhak menerima beasiswa itu dibanding lo.

dapet beasiswa berarti lo dibantu, maka bantu juga yang udah memberi lo beasiswa. kalo dari pihak beasiswa lo ada kegiatan, bantu. atau minimal, tingkatkan terus pencapaian lo.

mungkin segitu dulu yang bisa di-share kali ini. kalo ada yang mau nanya-nanya, boleh banget. selamat mencoba! semoga dimudahkan.

dramaga, 8 agustus 2014
Mogi Bian Darmawan


Tag :, Tag :
“Berbagi waktu dengan alam
Kau akan tahu siapa dirimu yang sebenarnya
Hakikat manusia….
Akan aku telusuri jalan yang setapak ini
Semoga ku temukan jawaban”


Saya adalah salah satu pengagum ketegaran gunung. Ia kokoh, terlihat angkuh, tapi tetap teduh. Mungkin ini adalah hasrat kebanyakan laki-laki, jika melihat tantangan, selalu tertantang untuk maju sampai ke puncak.

Selama ini hanya memandangi gunung gede dan pangrango dari kebun di puncak, belum pernah merasakan gunung itu langsung sampai akhirnya tanggal 21 juni 2014 kemarin Allah memberikan kesempatan untuk menjajal ciptaanNya itu.

Bersama rekan-rekan Fakultas Pertanian IPB, diantaranya saya, Fadel, Luhur, Haris, Wisnu, Kistia, Iqbal, Lia, Viktor (fakultas tetangga), dan dikomandoi oleh Bung Ken, kami bersepuluh menjajal Puncak Gede. Pada pendakian kali ini, yang benar-benar newbie adalah saya, Fadel, Wisnu, Haris, Iqbal, dan Kistia. Kami bergerak dari kampus kira-kira pukul 5 sore dan sampai ke Taman Nasioal Cibodas pukul setengah 9 malam, perjalanan tersendat sebab kami berangkat sabtu malam.

Sampai disana, kami singgah di musholla yang disediakan taman nasional. Kami makan, sholat, dan melakukan briefing yang diselingi dengan main remi. Tepat pukul 23.45, kami mulai bergerak untuk menanjak, sebelumnya kami berdoa dan meneriakan jargon, “Fun camp! Mari! Fun camp! Daki! Funcaaamp! Mari! Daki! Yihaaaa!”
sesaat sebelum berangkat bersama Fadel
Kami mendaki puncak gede dengan jalur cibodas, singkat cerita, ada 3 jalur untuk mencapai puncak yakni jalur cibodas, jalur gunung putri, dan jalur salabintana. Dan menurut Bung Ken, cibodas yang paling asik dan menantang.

Di pintu gerbang masuk basecamp Cibodas pendaki wajib melapor dan menunjukan surat - surat perijinan dan akan dilakukan pemeriksaan terhadap barang bawaan untuk barang yang dilarang seperti pisau,  sabun, odol, dll. Akan diminta oleh petugas, dan pada saat keluar Taman Nasional juga akan dilakukan pemeriksaan kembali.

Awal pendakian dimulai dengan menyusuri jalan setapak berbatu, melintasi kawasan hutan tropis yang lebat. Setelah berjalan sejauh 1,5 km melintasi kawasan hutan yang sangat asri. Saya dan beberapa teman yang baru pertama kali mendaki langsung tergopoh-gopoh. Dalam hati saya berkata pada diri sendiri, “Gini doang lu nyerah?”. Maklum, carrier yang saya bawa cukup besar dan berat, mungkin 25 kg karena tas tanpa isinya saja sudah 3 kg, ditambah ada matras, sleeping bag, 3 botol minum 1,5L, 1 botol pocari 2 L , bahan makanan seperti kentang, beras, minyak goreng, dan bumbu-bumbu lain termasuk pakaian ganti saya.

Setelah mulai dapat beradaptasi, dan terus berjalan kami sampai pada sebuah rawa yang disebut telaga biru dalam ketinggian 1.500 mdpl. Konon, telaga biru warna airnya bisa berubah - ubah di sebabkan oleh ganggang yang tumbuh di dasar danau, kami tidak bisa lihat, sebab malam hari. Dengan melintasi jembatan sepanjang jalur selanjutnya akan sampai pos Rawa Gayang Agung pada ketinggian 1.600 mdpl.
Setelah berjalan di atas jembatan kayu sepanjang kurang lebih 1 km, jalur kembali menapaki jalan berbatu hingga sampai di Pos Panyancangan Kuda. Pos ini berada diketinggian 1.628 mdpl, terdapat bangunan beratap yang dapat dipergunakan untuk berlindung dari hujan dan angin. Di lokasi ini terdapat persimpangan jalur (pertigaan). ke kanan ke arah air terjun Ciberem, sedangkan arah ke puncak ambil jalur lurus. Untuk melanjutkan pendakian pendaki harus balik lagi ke Pos Panyancangan Kuda (pertigaan). Dari pertigaan, jalur pendakian mulai menanjak dan berliku-liku melewati jalan setapak dari batuan yang terjal. Gemuruh air terjun yang berada jauh di bawah terdengar dengan jelas.  Lintasan kembali menanjak, jalan setapak berbatu mulai berganti dengan jalan tanah yang lebih alami.

Selanjutnya jalur mulai landai dan bonus-bonus turunan akan mempercepat kita sampai di Pos Pondok Pemandangan (2.150 mdpl). Akhirnya kami sampai di Air panas sekitar pukul 4 subuh yang berupa lereng curam yang sangat berbahaya, yang dialiri air panas dengan suhu yang mencapai 70°C, kami ekstra hati-hati karena sempit dan licin. Disini saya mengalami kejadian seru, saat itu saya berada di barisan paling belakang dan hanya mengandalkan senter yang ada pada korek api (headlamp saya berikan kepada Fadel sebelumnya). Di pertengahan aliran air panas, uap air panas meninggi sehingga kaca mata saya berembun dan saya tidak dapat mengandalkan senter korek tadi. Sehingga saya berteriak ke depan, “Woy! Kacamata gue berembun! Tolong senterin jalan dan tungguin gueee!”. Jujur, saya panik karena memang tebing disebelah kiri sangat curam.

Setelah melewati air panas, kami bergerak terus sampai di Pos Kandang Batu (2.220 mdpl) sekitar pukul 04.20. Disini kami beristirahat, dan salah strategi karena kami istirahat saat suhu benar-benar mencapai titik terendahnya dan kami tidak mendirikan tenda, hanya menggelar matras dan istirahat seadanya. Namun, di pos kandang batu ini saya merasakan keadilan yang diberikan Allah. Karena ditempat sedingin ini ternyata aliran sungainya hangat. Kami shalat subuh di dinginnya  pagi. Kemudian sarapan dan disambut oleh tirai cahaya yang menerobos di sela-sela pohon dan menerpa wajah kami yang siap mendaki lebih jauh #eaaa. Tidak jauh dari kandang batu, terdapat mata air yang bisa kita minum langsung atau untuk masak. Kebetulan saya sempat berfoto di mata airnya. Hehe.
dibalik bening mata air, tak pernah ada air mata~
Meninggalkan Pos Kandang Batu kita akan melewati sungai yang kadang airnya deras sehingga hati-hati dengan sendal yang dipakai. Selanjutnya kita akan sampai di tanah lapang yang cukup untuk mendirikan beberapa tenda. Mendekati Kandang Badak, kita akan mendengar suara deru air terjun yang cukup menarik di bawah jalur pendakian. Kita bisa memandang ke bawah menyaksikan air terjun tersebut, atau turun ke bawah untuk mandi bila air tidak terlalu dingin. Di sekitar air terjun ini lintasan terjal dan sempit sehingga harus menunggu antrian satu per satu untuk melewatinya. Setelah itu jalur mulai landai dan sedikit menurun hingga Pos Kandang Badak (2.395 mdpl). Bagi pendaki sebaiknya mengisi persediaan airnya di pos Kandang Badak, karena perjalanan berikutnya akan susah memperoleh air. Anehnya, disini banyak yang jualan kopi, popmie, bahkan nasi uduk, hahaha.

Setelah kandang Badak perjalanan menuju puncak sangat menanjak dan melelahkan disamping itu udara sangat dingin sekali. Disini terdapat persimpangan jalan, untuk menuju puncak Gn.Gede ambil arah ke kiri namun jangan salah jalan menuju ke kawah, dan untuk menuju puncak Gn.Pangrango ambil arah kanan. Persiapan fisik, peralatan dan perbekalan harus diperhitungkan, sebaiknya beristirahat di pos ini dan memperhitungkan baik buruknya cuaca. Untuk menuju puncak gunung gede kami menyusuri punggungan yang terjal, di sini terdapat sebuah tempat yang disebut Tanjakan Setan, tempat ini sangat terjal dan dilengkapi dengan tali baja untuk berpegangan. Dari atas tanjakan ini pendaki bisa memandang panorama puncak gunung Pangrango yang sangat indah. Hempasan angin kencang sangat terasa di tempat ini.

ini di atas kawah ratu, sebelum puncak (sponsored by FIM)
jalan menuju puncak gede
Pukul 13.30, kami sampai di Puncak Gede. Puncak gunung gede terlihat memanjang, berbeda dengan puncak gunung pangrango yang runcing sempurna. Kami menikmati pemandangan Kawah Gunung Gede yang sangat indah. di puncak gunung gede ini akan tercium aroma belerang yang kadang kala sangat menyengat hidung. Kawah gede ini terdiri dari Kawah Ratu dan Kawah Wadon.  Puncak gunung Gede sangat indah namun perlu hati-hati, kita dapat berdiri dilereng yang sangat curam, memandang ke kawah Gede yang mempesona. Dibawah lereng-lereng puncak ditumbuhi bunga-bunga edelweis yang menggoda untuk dipetik, tapi sebagai kaum intelektual, kami paham bahwa kita harus hidup selaras dengan alam dan pantang sekali bagi kami merusak vegetasi disana. Kami sempat beristirahat dan makan-makan sekaligus berfoto disini. Rasa lelah setelah semalaman mendaki rasanya sirna, terbayar lunas oleh scenery yang disuguhkan oleh puncak gede.

ini dia titik 2958mdpl
Dari puncak Gede kami turun kebawah menuju alun-alun Surya Kencana, dengan latar belakang gunung Gumuruh. Terdapat mata air yang jernih dan tempat yang sangat luas untuk mendirikan kemah. Disinilah kami mendirikan kemah.

carrier saya terlihat ramping tapi beratnyaaaa
Alun-alun Surya Kencana (2500mdpl) adalah tempat yang sangat eksotis, pagi hari kita dapat menikmati sambutan matahari terbit, sore hari diperlihatkan semburat jingga matahari tenggelam, di sebelah utara adalah Puncak Gede, dan di sebelah selatan ada Gunung Gemuruh. Alun-alun ini sangat luas, kalau saya tidak salah perhitungan, luasnya sekitar 70 kali lapangan sepak bola. Disini terdapat bunga edelweis yang kebetulan sedang mulai bermekaran. Akhirnya saya tahu aroma bunga abadi itu saat masih segar!
bunga edelweis :3
Ini baru sepenggal kisah tentang pendakian, masih ada lagi bagian turun gunungnya. Pendakian ini sangat berkesan, dan memang kalimat itu benar,
 “Jika ingin tahu sifat asli seseorang, pergilah mendaki gunung bersama.”
“there is no wifi in the mountain, but you will find better connection with your partner.” 
Sampai jumpa pada kisah pendakian selanjutnya, semoga diberi kesempatan dan kekuatan. Aamiin!

*foto yang keren-keren ada di kamera iqbal, foto yang disini cuma dari hape saya


Bismillahirrahmanirrahim
Ketika sudah memiliki tujuan dalam sebuah perjalanan, ternyata banyak sekali jalan yang akhirnya terbuka. Setidaknya hari ini saya merasakannya, dalam perjalanan menuju bisnis raksasa yang akan segera saya besarkan.
Jalan yang diberikan antara lain melalui dua orang petani di Sukatani, Puncak. Sekilas tentang Sukatani, berada di ketinggian ±1400 meter dpl, suhu harian rata-rata antara 18-25˚C, bulan kering paling lama 2 bulan dalam satu tahun, tanah yang sangat gembur, mayoritas penduduk disini adalah petani sayuran atau buruh lepas. Petani pertama yang saya serap ilmunya adalah Pak Endang atau kerap dipanggil Kang Endang dan Bapak Dadan yang baru saya kenal hari ini.
                Melalui Kang Endang, saya mendapat banyak informasi tentang pertanian khususnya sayuran. Beliau mengungkapkan bahwa ia sudah puluhan tahun menjadi petani sayuran. Yang paling sering ditanam didaerah ini adalah cabai dan kembang kol. Namun beliau juga mengungkapkan banyak sayuran lain yang berpotensi untuk di budidayakan disini diantaranya sawi putih, kaylan, asparagus, seledri, dan masih banyak lagi.
Kendala yang sering dihadapi beliau adalah tentang pemasaran. Ya, lagi-lagi memang inilah persoalan klasik yang dihadapi para petani dimana pun di Indonesia, petani cenderung sulit untuk menjangkau pasar dan maraknya tengkulak atau pengijon yang hidup dengan ‘memeras’ petani. Namun naas bagi para petani, mereka tidak merasa dirugikan oleh tengkulak karena memang tidak ada pilihan lain. Kang Endang juga menyampaikan, jika sedang panen raya, ia dan rekan-rekan petaninya yang tergabung dalam kelompok tani bisa ikut menjual ke pengepul dari Cipanas untuk dipasok ke Pasar Induk Kramatjati, Jakarta Timur. Hal ini lebih menguntungkan, namun jarang, karena produksi mereka tidak begitu besar untuk memenuhi permintaan pasar.
Beda dengan Kang Dadan, beliau adalah salah satu pekerja di kebun milik Pak Benny yang memasok kebutuhan sayuran organik untuk ke restoran dan swalayan. Sistem pertanian organik disini sudah dimulai sejak 5 tahun belakangan, itupun masih ada bahan kimia sisa pupuk anorganik yang pernah dipakai beberapa tahun sebelumnya, tapi masih dalam batas normal. Di kebun milik Pak Benny ini, Kang Dadan bekerja bersama 12 petani lainnya. Luas lahan produksi milik Pak Benny sekitar 1 ha dengan berbagai komoditas seperti sawi putih dan kembang kol. Karena pangsa pasarnya sudah pasti, kebun milik Pak Benny dapat berkembang dengan baik, terbukti ada sebuah mobil baru berwarna broken white di halaman Pak Benny, hehe.
Dari kedua petani tersebut, saya dapat menarik sebuah titik temu dalam bisnis hortikultura ini yakni cara budidaya dan pemasaran.  Cara budidaya sudah jelas, masyarakat ingin back to nature meski harga komoditas organik lebih mahal. Menurut keterangan Kang Dadan, kol yang dibudidayakan dengan cara anorganik harganya berkisar 3-5 ribu per kg, sementara hasil budidaya organik mampu mencapai harga 20 ribuan per kg. Kemudian bagian pemasaran, para petani butuh akses untuk menjangkau pasar, mereka tidak bisa selamanya menunggu datangnya pemborong ke kebun mereka atau harus berjualan langsung ke pasar, hal ini sangat tidak efisien menurut saya.  Namun saya sudah memikirkan jalan keluarnya dan insyaa Allah akan saya tuangkan dalam bentuk proposal Program Kreativitas Mahasiswa bidang Abdi Masyarakat (PKM-M) tahun depan, semoga Allah ridha atas jalan ini.
Dalam waktu dekat, saya akan belajar cepat tentang budidaya macam-macam sayuran, hasil rekomendasi petani disana saya mendapat masukan untuk menanam asparagus sebagai komoditas utama, kemudian seledri, cabai, paprika, kol, sawi dan stoberi sebagai komoditas tambahan untuk menekan cost saat perawatan asparagus. Karena asparagus baru dapat dipanen sekitar 5 bulan, namun harganya cukup menjanjikan.
Semoga bisnis yang saya bangun nanti bukan malah ‘membunuh’ usaha para petani, tapi meningkatkan kesejahteraan mereka. Saya punya mimpi besar untuk Sukatani, menjadikan tempat ini sebagai agrowisata buah dan sayur dimana….. (next post aja deh, hehe) Semoga dapat terealisasi dalam beberapa tahun mendatang. Aamiin.
bersama Kang Dadan

Tweet to me!

Tahukah kamu?

""

Followers

Featured Posts

Copyright © 2013 Mogi Bian Darmawan | Dark Simple Blogger Template Powered by Blogger | Created by Renadel Dapize | Ori. BRS-bt Djogzs | All Rights Reserved