polling tentang sosok inspiratif di asrama (abaikan emotnya -_-") |
singkatnya, pagi tadi supervisor asrama kami, Bang Pauzi melakukan polling sosok yang menginspirasi di asrama. rulesnya adalah : angkatan 2012 memilih satu nama anak di angkatan 2013, dan sebaliknya, yang 2013 memilih satu nama anak di angkatan 2012. dan polling singkat pagi tadi memberikan hasil seperti diatas, hoho, terharu saya :')
sebenarnya saya ini orang yang agak cuek atas penilaian orang lain. tapi entah kenapa saya ingin membagi rasa bahagia ini. mungkin benar kata seorang teman, "lo jangan selalu merasa ga ngelakuin apa-apa, padahal orang lain begitu menghargai apa yang lo lakuin, kasih apresiasi buat diri sendiri itu penting."
ya, 4 bulan kemarin saya memang sempat menjadi presiden asrama ppsdms, tapi saya menilai kepemimpinan saya di asrama itu buruk. banyak peraturan yang dilanggar karena minim kontrol, agenda asrama yang tidak tereksekusi dengan baik, banyak kritikan dari supervisor, tapi ternyata teman-teman memberikan apresiasi yang begitu indah pada saya. saya justru merasa malu menerima penghargaan sebagai sosok inspiratif di asrama karena belum banyak yang saya berikan pada teman-teman disini.
yang saya ingat, saya mengajari teman-teman untuk main werewolf, rihlah ke puncak, berenang bareng, senam indonesia, dan hal-hal aneh lainnya. tapi mungkin hal ini yang membuat mereka senang dan merasa nyaman. alhamdulillah..
padahal dibalik itu semua, ada rahasia besar yang coba saya sembunyikan, yang kelak mungkin akan meledak bagai bom waktu. tapi saya berharap semoga waktu pula lah yang memperbaiki semuanya.
semoga anak muda ini bisa terus membagi keceriaan dan inspirasi dimanapun :D
peace to be you!
malam ini gue mau berbagi pengalaman yang mungkin bermanfaat buat kalian. terutama buat mahasiswa, yakni tentang mendapat beasiswa. mungkin bagi sebagian orang, hal ini ga terlalu penting. ada yang sekali nyoba langsung dapet, ada yang bahkan belasan kali mencoba tapi belom jodoh juga. gapapa, namanya juga hidup.
berikut gue buatkan tips ala gue *halah* buat menggaet para pemberi beasiswa.
pertama, lo harus kepo. kepolah pada tempat yang benar, jangan di timeline mantan atau gebetan, ga akan dapet, kecuali gebetan lo karyawan rektorat #krik. biasanya tiap kampus punya kanal khusus buat nampung informasi seputar beasiswa.
kedua, pilih beberapa beasiswa yang sesuai sama kriteria lo. ada beberapa beasiswa yang bisa di-apply sejak semester satu, ada yang buat semester tiga, lima, atau untuk penelitian. kebanyakan beasiswa memberikan syarat IP diatas 3, atau 2,75 lah. disini pentingnya menjaga kualitas akademik lo. kalo yang dari semester satu, biasanya pake nilai rapot atau nilai UN.
ketiga, siapkan berkas yang diminta oleh pemberi beasiswa. kayaknya sepele, tapi saran gue jangan di tunda, kerjain segera ketika tekad lo udah bulat. berkas ini jangan dikerjakan asal-asalan, perhatikan sampai tata cara urutan berkas. misal diminta CV, transkrip nilai, essay, kartu tanda mahasiswa, sertifikat penghargaan dan sebagainya, susunlah sesuai instruksi, jangan ada yang missed.
keempat, beberapa beasiswa menjalankan tahap tes akademik bagi calon penerima beasiswanya. nah, disini lo harus kuatin kemampuan dasar, tes potensi akademik (TPA) dan bahasa inggris. sekadar saran, lo harus coba liat-liat soal dan iseng ngerjain, supaya ga shock saat hari H. selain kemampuan dasar, biasanya ada juga psikotes. ini tentang kepribadian lo, yang penting kerjakan dengan jujur dan tenang. jujur dalam psikotes itu penting, lo harus konsisten dalam mengatasi soal-soal. soalnya kayak masalalu, kadang menjebak #eh
kelima, setelah tahap berkas dan tes akademik dijalani dengan baik, lo bakal menghadapi seleksi wawancara. nah, ini agak sulit bro, karena bener-bener personal lo yang dinilai. tapi dari pengalaman gue (udah dua kali gue menghadapi ini, oleh dua pemberi beasiswa berbeda dan cara gue ternyata cukup oke #gayabet) lo harus memberikan first impression yang baik. dandan seperlunya, ga perlu heboh, lu cuma mau wawancara, bukan mau kondangan. pakaian rapih, wangi, rambut sisir, sikat gigi yang bener, dan hal standar lainnya. pas masuk, ucapkan salam, kemudian jabat tangan si pewawancara dengan mantap, tatap matanya sambil memperkenalkan nama lo. kalo lu melakukan ini, dipastikan dia bakal respek sama cara lo. kemudian biarkan wawancara mengalir. poin penting yang harus lo pegang adalah siapkan mental untuk pertanyaan kejutan, jangan tampakkan kepanikan lo, ngejayus juga gapapa, buat suasana nyaman buat lo juga pewawancara. kadang, pewawancara butuh sesuatu yang entertain, tapi jangan bercanda terus, bahaya.
keenam, berdoalah, dan minta doa sama orang lain. harusnya ini juga dilakukan sejak awal. perbaiki kualitas ibadah lo, kalo jarang solat dhuha ya sekali-kali cobain lah. atau bangun di sepertiga malam. hal-hal kayak gini penting banget. karena dengan menjaga hubungan dengan Allah, lo bakal dapet sesuatu yang mahal banget, ketenangan hati.
gimana kalo berhasil? ya biasa aja, ga perlu menampakkan didepan banyak orang, menjaga lebih sulit daripada mendapatkan bro. sikap harus biasa, ungkapan syukur yang harus luar biasa. bagi-bagilah beasiswa lo ke orang penting dalam hidup (ibu, bapak, kakak, adik. jangan pacar atau gebetan, siapa mereka? orang asing bro, ga penting).
gimana kalo gagal? ya biasa juga, gue ga akan sok nasehatin, tapi penting diketahui bahwa Allah selalu punya skenario keren buat kita. mungkin kita harus berusaha lebih keras, mungkin kita bakal dapet rejeki yang ga diduga-duga sebelumnya, atau mungkin memang ada yang lebih berhak menerima beasiswa itu dibanding lo.
dapet beasiswa berarti lo dibantu, maka bantu juga yang udah memberi lo beasiswa. kalo dari pihak beasiswa lo ada kegiatan, bantu. atau minimal, tingkatkan terus pencapaian lo.
mungkin segitu dulu yang bisa di-share kali ini. kalo ada yang mau nanya-nanya, boleh banget. selamat mencoba! semoga dimudahkan.
dramaga, 8 agustus 2014
Mogi Bian Darmawan
malam ini gue mau berbagi pengalaman yang mungkin bermanfaat buat kalian. terutama buat mahasiswa, yakni tentang mendapat beasiswa. mungkin bagi sebagian orang, hal ini ga terlalu penting. ada yang sekali nyoba langsung dapet, ada yang bahkan belasan kali mencoba tapi belom jodoh juga. gapapa, namanya juga hidup.
berikut gue buatkan tips ala gue *halah* buat menggaet para pemberi beasiswa.
pertama, lo harus kepo. kepolah pada tempat yang benar, jangan di timeline mantan atau gebetan, ga akan dapet, kecuali gebetan lo karyawan rektorat #krik. biasanya tiap kampus punya kanal khusus buat nampung informasi seputar beasiswa.
kedua, pilih beberapa beasiswa yang sesuai sama kriteria lo. ada beberapa beasiswa yang bisa di-apply sejak semester satu, ada yang buat semester tiga, lima, atau untuk penelitian. kebanyakan beasiswa memberikan syarat IP diatas 3, atau 2,75 lah. disini pentingnya menjaga kualitas akademik lo. kalo yang dari semester satu, biasanya pake nilai rapot atau nilai UN.
ketiga, siapkan berkas yang diminta oleh pemberi beasiswa. kayaknya sepele, tapi saran gue jangan di tunda, kerjain segera ketika tekad lo udah bulat. berkas ini jangan dikerjakan asal-asalan, perhatikan sampai tata cara urutan berkas. misal diminta CV, transkrip nilai, essay, kartu tanda mahasiswa, sertifikat penghargaan dan sebagainya, susunlah sesuai instruksi, jangan ada yang missed.
keempat, beberapa beasiswa menjalankan tahap tes akademik bagi calon penerima beasiswanya. nah, disini lo harus kuatin kemampuan dasar, tes potensi akademik (TPA) dan bahasa inggris. sekadar saran, lo harus coba liat-liat soal dan iseng ngerjain, supaya ga shock saat hari H. selain kemampuan dasar, biasanya ada juga psikotes. ini tentang kepribadian lo, yang penting kerjakan dengan jujur dan tenang. jujur dalam psikotes itu penting, lo harus konsisten dalam mengatasi soal-soal. soalnya kayak masalalu, kadang menjebak #eh
kelima, setelah tahap berkas dan tes akademik dijalani dengan baik, lo bakal menghadapi seleksi wawancara. nah, ini agak sulit bro, karena bener-bener personal lo yang dinilai. tapi dari pengalaman gue (udah dua kali gue menghadapi ini, oleh dua pemberi beasiswa berbeda dan cara gue ternyata cukup oke #gayabet) lo harus memberikan first impression yang baik. dandan seperlunya, ga perlu heboh, lu cuma mau wawancara, bukan mau kondangan. pakaian rapih, wangi, rambut sisir, sikat gigi yang bener, dan hal standar lainnya. pas masuk, ucapkan salam, kemudian jabat tangan si pewawancara dengan mantap, tatap matanya sambil memperkenalkan nama lo. kalo lu melakukan ini, dipastikan dia bakal respek sama cara lo. kemudian biarkan wawancara mengalir. poin penting yang harus lo pegang adalah siapkan mental untuk pertanyaan kejutan, jangan tampakkan kepanikan lo, ngejayus juga gapapa, buat suasana nyaman buat lo juga pewawancara. kadang, pewawancara butuh sesuatu yang entertain, tapi jangan bercanda terus, bahaya.
keenam, berdoalah, dan minta doa sama orang lain. harusnya ini juga dilakukan sejak awal. perbaiki kualitas ibadah lo, kalo jarang solat dhuha ya sekali-kali cobain lah. atau bangun di sepertiga malam. hal-hal kayak gini penting banget. karena dengan menjaga hubungan dengan Allah, lo bakal dapet sesuatu yang mahal banget, ketenangan hati.
gimana kalo berhasil? ya biasa aja, ga perlu menampakkan didepan banyak orang, menjaga lebih sulit daripada mendapatkan bro. sikap harus biasa, ungkapan syukur yang harus luar biasa. bagi-bagilah beasiswa lo ke orang penting dalam hidup (ibu, bapak, kakak, adik. jangan pacar atau gebetan, siapa mereka? orang asing bro, ga penting).
gimana kalo gagal? ya biasa juga, gue ga akan sok nasehatin, tapi penting diketahui bahwa Allah selalu punya skenario keren buat kita. mungkin kita harus berusaha lebih keras, mungkin kita bakal dapet rejeki yang ga diduga-duga sebelumnya, atau mungkin memang ada yang lebih berhak menerima beasiswa itu dibanding lo.
dapet beasiswa berarti lo dibantu, maka bantu juga yang udah memberi lo beasiswa. kalo dari pihak beasiswa lo ada kegiatan, bantu. atau minimal, tingkatkan terus pencapaian lo.
mungkin segitu dulu yang bisa di-share kali ini. kalo ada yang mau nanya-nanya, boleh banget. selamat mencoba! semoga dimudahkan.
dramaga, 8 agustus 2014
Mogi Bian Darmawan
Tag :// inspirasi,
Tag :// kampus
“Berbagi waktu dengan alam
Kau akan tahu siapa dirimu yang sebenarnya
Hakikat manusia….
Akan aku telusuri jalan yang setapak ini
Semoga ku temukan jawaban”
Saya adalah salah satu pengagum ketegaran gunung. Ia kokoh, terlihat angkuh, tapi tetap teduh. Mungkin ini adalah hasrat kebanyakan laki-laki, jika melihat tantangan, selalu tertantang untuk maju sampai ke puncak.
Selama ini hanya memandangi gunung gede dan pangrango dari kebun di puncak, belum pernah merasakan gunung itu langsung sampai akhirnya tanggal 21 juni 2014 kemarin Allah memberikan kesempatan untuk menjajal ciptaanNya itu.
Bersama rekan-rekan Fakultas Pertanian IPB, diantaranya saya, Fadel, Luhur, Haris, Wisnu, Kistia, Iqbal, Lia, Viktor (fakultas tetangga), dan dikomandoi oleh Bung Ken, kami bersepuluh menjajal Puncak Gede. Pada pendakian kali ini, yang benar-benar newbie adalah saya, Fadel, Wisnu, Haris, Iqbal, dan Kistia. Kami bergerak dari kampus kira-kira pukul 5 sore dan sampai ke Taman Nasioal Cibodas pukul setengah 9 malam, perjalanan tersendat sebab kami berangkat sabtu malam.
Sampai disana, kami singgah di musholla yang disediakan taman nasional. Kami makan, sholat, dan melakukan briefing yang diselingi dengan main remi. Tepat pukul 23.45, kami mulai bergerak untuk menanjak, sebelumnya kami berdoa dan meneriakan jargon, “Fun camp! Mari! Fun camp! Daki! Funcaaamp! Mari! Daki! Yihaaaa!”
Kami mendaki puncak gede dengan jalur cibodas, singkat cerita, ada 3 jalur untuk mencapai puncak yakni jalur cibodas, jalur gunung putri, dan jalur salabintana. Dan menurut Bung Ken, cibodas yang paling asik dan menantang.
Di pintu gerbang masuk basecamp Cibodas pendaki wajib melapor dan menunjukan surat - surat perijinan dan akan dilakukan pemeriksaan terhadap barang bawaan untuk barang yang dilarang seperti pisau, sabun, odol, dll. Akan diminta oleh petugas, dan pada saat keluar Taman Nasional juga akan dilakukan pemeriksaan kembali.
Awal pendakian dimulai dengan menyusuri jalan setapak berbatu, melintasi kawasan hutan tropis yang lebat. Setelah berjalan sejauh 1,5 km melintasi kawasan hutan yang sangat asri. Saya dan beberapa teman yang baru pertama kali mendaki langsung tergopoh-gopoh. Dalam hati saya berkata pada diri sendiri, “Gini doang lu nyerah?”. Maklum, carrier yang saya bawa cukup besar dan berat, mungkin 25 kg karena tas tanpa isinya saja sudah 3 kg, ditambah ada matras, sleeping bag, 3 botol minum 1,5L, 1 botol pocari 2 L , bahan makanan seperti kentang, beras, minyak goreng, dan bumbu-bumbu lain termasuk pakaian ganti saya.
Setelah mulai dapat beradaptasi, dan terus berjalan kami sampai pada sebuah rawa yang disebut telaga biru dalam ketinggian 1.500 mdpl. Konon, telaga biru warna airnya bisa berubah - ubah di sebabkan oleh ganggang yang tumbuh di dasar danau, kami tidak bisa lihat, sebab malam hari. Dengan melintasi jembatan sepanjang jalur selanjutnya akan sampai pos Rawa Gayang Agung pada ketinggian 1.600 mdpl.
Setelah berjalan di atas jembatan kayu sepanjang kurang lebih 1 km, jalur kembali menapaki jalan berbatu hingga sampai di Pos Panyancangan Kuda. Pos ini berada diketinggian 1.628 mdpl, terdapat bangunan beratap yang dapat dipergunakan untuk berlindung dari hujan dan angin. Di lokasi ini terdapat persimpangan jalur (pertigaan). ke kanan ke arah air terjun Ciberem, sedangkan arah ke puncak ambil jalur lurus. Untuk melanjutkan pendakian pendaki harus balik lagi ke Pos Panyancangan Kuda (pertigaan). Dari pertigaan, jalur pendakian mulai menanjak dan berliku-liku melewati jalan setapak dari batuan yang terjal. Gemuruh air terjun yang berada jauh di bawah terdengar dengan jelas. Lintasan kembali menanjak, jalan setapak berbatu mulai berganti dengan jalan tanah yang lebih alami.
Selanjutnya jalur mulai landai dan bonus-bonus turunan akan mempercepat kita sampai di Pos Pondok Pemandangan (2.150 mdpl). Akhirnya kami sampai di Air panas sekitar pukul 4 subuh yang berupa lereng curam yang sangat berbahaya, yang dialiri air panas dengan suhu yang mencapai 70°C, kami ekstra hati-hati karena sempit dan licin. Disini saya mengalami kejadian seru, saat itu saya berada di barisan paling belakang dan hanya mengandalkan senter yang ada pada korek api (headlamp saya berikan kepada Fadel sebelumnya). Di pertengahan aliran air panas, uap air panas meninggi sehingga kaca mata saya berembun dan saya tidak dapat mengandalkan senter korek tadi. Sehingga saya berteriak ke depan, “Woy! Kacamata gue berembun! Tolong senterin jalan dan tungguin gueee!”. Jujur, saya panik karena memang tebing disebelah kiri sangat curam.
Setelah melewati air panas, kami bergerak terus sampai di Pos Kandang Batu (2.220 mdpl) sekitar pukul 04.20. Disini kami beristirahat, dan salah strategi karena kami istirahat saat suhu benar-benar mencapai titik terendahnya dan kami tidak mendirikan tenda, hanya menggelar matras dan istirahat seadanya. Namun, di pos kandang batu ini saya merasakan keadilan yang diberikan Allah. Karena ditempat sedingin ini ternyata aliran sungainya hangat. Kami shalat subuh di dinginnya pagi. Kemudian sarapan dan disambut oleh tirai cahaya yang menerobos di sela-sela pohon dan menerpa wajah kami yang siap mendaki lebih jauh #eaaa. Tidak jauh dari kandang batu, terdapat mata air yang bisa kita minum langsung atau untuk masak. Kebetulan saya sempat berfoto di mata airnya. Hehe.
Meninggalkan Pos Kandang Batu kita akan melewati sungai yang kadang airnya deras sehingga hati-hati dengan sendal yang dipakai. Selanjutnya kita akan sampai di tanah lapang yang cukup untuk mendirikan beberapa tenda. Mendekati Kandang Badak, kita akan mendengar suara deru air terjun yang cukup menarik di bawah jalur pendakian. Kita bisa memandang ke bawah menyaksikan air terjun tersebut, atau turun ke bawah untuk mandi bila air tidak terlalu dingin. Di sekitar air terjun ini lintasan terjal dan sempit sehingga harus menunggu antrian satu per satu untuk melewatinya. Setelah itu jalur mulai landai dan sedikit menurun hingga Pos Kandang Badak (2.395 mdpl). Bagi pendaki sebaiknya mengisi persediaan airnya di pos Kandang Badak, karena perjalanan berikutnya akan susah memperoleh air. Anehnya, disini banyak yang jualan kopi, popmie, bahkan nasi uduk, hahaha.
Setelah kandang Badak perjalanan menuju puncak sangat menanjak dan melelahkan disamping itu udara sangat dingin sekali. Disini terdapat persimpangan jalan, untuk menuju puncak Gn.Gede ambil arah ke kiri namun jangan salah jalan menuju ke kawah, dan untuk menuju puncak Gn.Pangrango ambil arah kanan. Persiapan fisik, peralatan dan perbekalan harus diperhitungkan, sebaiknya beristirahat di pos ini dan memperhitungkan baik buruknya cuaca. Untuk menuju puncak gunung gede kami menyusuri punggungan yang terjal, di sini terdapat sebuah tempat yang disebut Tanjakan Setan, tempat ini sangat terjal dan dilengkapi dengan tali baja untuk berpegangan. Dari atas tanjakan ini pendaki bisa memandang panorama puncak gunung Pangrango yang sangat indah. Hempasan angin kencang sangat terasa di tempat ini.
Pukul 13.30, kami sampai di Puncak Gede. Puncak gunung gede terlihat memanjang, berbeda dengan puncak gunung pangrango yang runcing sempurna. Kami menikmati pemandangan Kawah Gunung Gede yang sangat indah. di puncak gunung gede ini akan tercium aroma belerang yang kadang kala sangat menyengat hidung. Kawah gede ini terdiri dari Kawah Ratu dan Kawah Wadon. Puncak gunung Gede sangat indah namun perlu hati-hati, kita dapat berdiri dilereng yang sangat curam, memandang ke kawah Gede yang mempesona. Dibawah lereng-lereng puncak ditumbuhi bunga-bunga edelweis yang menggoda untuk dipetik, tapi sebagai kaum intelektual, kami paham bahwa kita harus hidup selaras dengan alam dan pantang sekali bagi kami merusak vegetasi disana. Kami sempat beristirahat dan makan-makan sekaligus berfoto disini. Rasa lelah setelah semalaman mendaki rasanya sirna, terbayar lunas oleh scenery yang disuguhkan oleh puncak gede.
Dari puncak Gede kami turun kebawah menuju alun-alun Surya Kencana, dengan latar belakang gunung Gumuruh. Terdapat mata air yang jernih dan tempat yang sangat luas untuk mendirikan kemah. Disinilah kami mendirikan kemah.
Alun-alun Surya Kencana (2500mdpl) adalah tempat yang sangat eksotis, pagi hari kita dapat menikmati sambutan matahari terbit, sore hari diperlihatkan semburat jingga matahari tenggelam, di sebelah utara adalah Puncak Gede, dan di sebelah selatan ada Gunung Gemuruh. Alun-alun ini sangat luas, kalau saya tidak salah perhitungan, luasnya sekitar 70 kali lapangan sepak bola. Disini terdapat bunga edelweis yang kebetulan sedang mulai bermekaran. Akhirnya saya tahu aroma bunga abadi itu saat masih segar!
Ini baru sepenggal kisah tentang pendakian, masih ada lagi bagian turun gunungnya. Pendakian ini sangat berkesan, dan memang kalimat itu benar,
*foto yang keren-keren ada di kamera iqbal, foto yang disini cuma dari hape saya
Saya adalah salah satu pengagum ketegaran gunung. Ia kokoh, terlihat angkuh, tapi tetap teduh. Mungkin ini adalah hasrat kebanyakan laki-laki, jika melihat tantangan, selalu tertantang untuk maju sampai ke puncak.
Selama ini hanya memandangi gunung gede dan pangrango dari kebun di puncak, belum pernah merasakan gunung itu langsung sampai akhirnya tanggal 21 juni 2014 kemarin Allah memberikan kesempatan untuk menjajal ciptaanNya itu.
Bersama rekan-rekan Fakultas Pertanian IPB, diantaranya saya, Fadel, Luhur, Haris, Wisnu, Kistia, Iqbal, Lia, Viktor (fakultas tetangga), dan dikomandoi oleh Bung Ken, kami bersepuluh menjajal Puncak Gede. Pada pendakian kali ini, yang benar-benar newbie adalah saya, Fadel, Wisnu, Haris, Iqbal, dan Kistia. Kami bergerak dari kampus kira-kira pukul 5 sore dan sampai ke Taman Nasioal Cibodas pukul setengah 9 malam, perjalanan tersendat sebab kami berangkat sabtu malam.
Sampai disana, kami singgah di musholla yang disediakan taman nasional. Kami makan, sholat, dan melakukan briefing yang diselingi dengan main remi. Tepat pukul 23.45, kami mulai bergerak untuk menanjak, sebelumnya kami berdoa dan meneriakan jargon, “Fun camp! Mari! Fun camp! Daki! Funcaaamp! Mari! Daki! Yihaaaa!”
sesaat sebelum berangkat bersama Fadel |
Di pintu gerbang masuk basecamp Cibodas pendaki wajib melapor dan menunjukan surat - surat perijinan dan akan dilakukan pemeriksaan terhadap barang bawaan untuk barang yang dilarang seperti pisau, sabun, odol, dll. Akan diminta oleh petugas, dan pada saat keluar Taman Nasional juga akan dilakukan pemeriksaan kembali.
Awal pendakian dimulai dengan menyusuri jalan setapak berbatu, melintasi kawasan hutan tropis yang lebat. Setelah berjalan sejauh 1,5 km melintasi kawasan hutan yang sangat asri. Saya dan beberapa teman yang baru pertama kali mendaki langsung tergopoh-gopoh. Dalam hati saya berkata pada diri sendiri, “Gini doang lu nyerah?”. Maklum, carrier yang saya bawa cukup besar dan berat, mungkin 25 kg karena tas tanpa isinya saja sudah 3 kg, ditambah ada matras, sleeping bag, 3 botol minum 1,5L, 1 botol pocari 2 L , bahan makanan seperti kentang, beras, minyak goreng, dan bumbu-bumbu lain termasuk pakaian ganti saya.
Setelah mulai dapat beradaptasi, dan terus berjalan kami sampai pada sebuah rawa yang disebut telaga biru dalam ketinggian 1.500 mdpl. Konon, telaga biru warna airnya bisa berubah - ubah di sebabkan oleh ganggang yang tumbuh di dasar danau, kami tidak bisa lihat, sebab malam hari. Dengan melintasi jembatan sepanjang jalur selanjutnya akan sampai pos Rawa Gayang Agung pada ketinggian 1.600 mdpl.
Setelah berjalan di atas jembatan kayu sepanjang kurang lebih 1 km, jalur kembali menapaki jalan berbatu hingga sampai di Pos Panyancangan Kuda. Pos ini berada diketinggian 1.628 mdpl, terdapat bangunan beratap yang dapat dipergunakan untuk berlindung dari hujan dan angin. Di lokasi ini terdapat persimpangan jalur (pertigaan). ke kanan ke arah air terjun Ciberem, sedangkan arah ke puncak ambil jalur lurus. Untuk melanjutkan pendakian pendaki harus balik lagi ke Pos Panyancangan Kuda (pertigaan). Dari pertigaan, jalur pendakian mulai menanjak dan berliku-liku melewati jalan setapak dari batuan yang terjal. Gemuruh air terjun yang berada jauh di bawah terdengar dengan jelas. Lintasan kembali menanjak, jalan setapak berbatu mulai berganti dengan jalan tanah yang lebih alami.
Selanjutnya jalur mulai landai dan bonus-bonus turunan akan mempercepat kita sampai di Pos Pondok Pemandangan (2.150 mdpl). Akhirnya kami sampai di Air panas sekitar pukul 4 subuh yang berupa lereng curam yang sangat berbahaya, yang dialiri air panas dengan suhu yang mencapai 70°C, kami ekstra hati-hati karena sempit dan licin. Disini saya mengalami kejadian seru, saat itu saya berada di barisan paling belakang dan hanya mengandalkan senter yang ada pada korek api (headlamp saya berikan kepada Fadel sebelumnya). Di pertengahan aliran air panas, uap air panas meninggi sehingga kaca mata saya berembun dan saya tidak dapat mengandalkan senter korek tadi. Sehingga saya berteriak ke depan, “Woy! Kacamata gue berembun! Tolong senterin jalan dan tungguin gueee!”. Jujur, saya panik karena memang tebing disebelah kiri sangat curam.
Setelah melewati air panas, kami bergerak terus sampai di Pos Kandang Batu (2.220 mdpl) sekitar pukul 04.20. Disini kami beristirahat, dan salah strategi karena kami istirahat saat suhu benar-benar mencapai titik terendahnya dan kami tidak mendirikan tenda, hanya menggelar matras dan istirahat seadanya. Namun, di pos kandang batu ini saya merasakan keadilan yang diberikan Allah. Karena ditempat sedingin ini ternyata aliran sungainya hangat. Kami shalat subuh di dinginnya pagi. Kemudian sarapan dan disambut oleh tirai cahaya yang menerobos di sela-sela pohon dan menerpa wajah kami yang siap mendaki lebih jauh #eaaa. Tidak jauh dari kandang batu, terdapat mata air yang bisa kita minum langsung atau untuk masak. Kebetulan saya sempat berfoto di mata airnya. Hehe.
dibalik bening mata air, tak pernah ada air mata~ |
Setelah kandang Badak perjalanan menuju puncak sangat menanjak dan melelahkan disamping itu udara sangat dingin sekali. Disini terdapat persimpangan jalan, untuk menuju puncak Gn.Gede ambil arah ke kiri namun jangan salah jalan menuju ke kawah, dan untuk menuju puncak Gn.Pangrango ambil arah kanan. Persiapan fisik, peralatan dan perbekalan harus diperhitungkan, sebaiknya beristirahat di pos ini dan memperhitungkan baik buruknya cuaca. Untuk menuju puncak gunung gede kami menyusuri punggungan yang terjal, di sini terdapat sebuah tempat yang disebut Tanjakan Setan, tempat ini sangat terjal dan dilengkapi dengan tali baja untuk berpegangan. Dari atas tanjakan ini pendaki bisa memandang panorama puncak gunung Pangrango yang sangat indah. Hempasan angin kencang sangat terasa di tempat ini.
ini di atas kawah ratu, sebelum puncak (sponsored by FIM) |
jalan menuju puncak gede |
ini dia titik 2958mdpl |
carrier saya terlihat ramping tapi beratnyaaaa |
bunga edelweis :3 |
“Jika ingin tahu sifat asli seseorang, pergilah mendaki gunung bersama.”Sampai jumpa pada kisah pendakian selanjutnya, semoga diberi kesempatan dan kekuatan. Aamiin!
“there is no wifi in the mountain, but you will find better connection with your partner.”
Bismillahirrahmanirrahim
Ketika sudah memiliki tujuan dalam sebuah perjalanan, ternyata banyak
sekali jalan yang akhirnya terbuka. Setidaknya hari ini saya merasakannya,
dalam perjalanan menuju bisnis raksasa yang akan segera saya besarkan.
Jalan yang diberikan antara lain melalui dua orang petani di Sukatani,
Puncak. Sekilas tentang Sukatani, berada di ketinggian ±1400 meter dpl, suhu
harian rata-rata antara 18-25˚C, bulan kering
paling lama 2 bulan dalam satu tahun, tanah yang sangat gembur, mayoritas
penduduk disini adalah petani sayuran atau buruh lepas. Petani pertama yang
saya serap ilmunya adalah Pak Endang atau kerap dipanggil Kang Endang dan Bapak
Dadan yang baru saya kenal hari ini.
Melalui Kang Endang, saya
mendapat banyak informasi tentang pertanian khususnya sayuran. Beliau mengungkapkan
bahwa ia sudah puluhan tahun menjadi petani sayuran. Yang paling sering ditanam
didaerah ini adalah cabai dan kembang kol. Namun beliau juga mengungkapkan
banyak sayuran lain yang berpotensi untuk di budidayakan disini diantaranya
sawi putih, kaylan, asparagus, seledri, dan masih banyak lagi.
Kendala yang sering dihadapi beliau adalah tentang pemasaran. Ya,
lagi-lagi memang inilah persoalan klasik yang dihadapi para petani dimana pun
di Indonesia, petani cenderung sulit untuk menjangkau pasar dan maraknya
tengkulak atau pengijon yang hidup dengan ‘memeras’ petani. Namun naas bagi
para petani, mereka tidak merasa dirugikan oleh tengkulak karena memang tidak
ada pilihan lain. Kang Endang juga menyampaikan, jika sedang panen raya, ia dan
rekan-rekan petaninya yang tergabung dalam kelompok tani bisa ikut menjual ke
pengepul dari Cipanas untuk dipasok ke Pasar Induk Kramatjati, Jakarta Timur. Hal
ini lebih menguntungkan, namun jarang, karena produksi mereka tidak begitu
besar untuk memenuhi permintaan pasar.
Beda dengan Kang Dadan, beliau adalah salah satu pekerja di kebun milik
Pak Benny yang memasok kebutuhan sayuran organik untuk ke restoran dan swalayan.
Sistem pertanian organik disini sudah dimulai sejak 5 tahun belakangan, itupun
masih ada bahan kimia sisa pupuk anorganik yang pernah dipakai beberapa tahun
sebelumnya, tapi masih dalam batas normal. Di kebun milik Pak Benny ini, Kang
Dadan bekerja bersama 12 petani lainnya. Luas lahan produksi milik Pak Benny
sekitar 1 ha dengan berbagai komoditas seperti sawi putih dan kembang kol. Karena
pangsa pasarnya sudah pasti, kebun milik Pak Benny dapat berkembang dengan baik,
terbukti ada sebuah mobil baru berwarna broken
white di halaman Pak Benny, hehe.
Dari kedua petani tersebut, saya dapat menarik sebuah titik temu dalam
bisnis hortikultura ini yakni cara budidaya dan pemasaran. Cara budidaya sudah jelas, masyarakat ingin back to nature meski harga komoditas
organik lebih mahal. Menurut keterangan Kang Dadan, kol yang dibudidayakan
dengan cara anorganik harganya berkisar 3-5 ribu per kg, sementara hasil
budidaya organik mampu mencapai harga 20 ribuan per kg. Kemudian bagian pemasaran,
para petani butuh akses untuk menjangkau pasar, mereka tidak bisa selamanya
menunggu datangnya pemborong ke kebun mereka atau harus berjualan langsung ke
pasar, hal ini sangat tidak efisien menurut saya. Namun saya sudah memikirkan jalan keluarnya dan
insyaa Allah akan saya tuangkan dalam bentuk proposal Program Kreativitas
Mahasiswa bidang Abdi Masyarakat (PKM-M) tahun depan, semoga Allah ridha atas
jalan ini.
Dalam waktu dekat, saya akan belajar cepat tentang budidaya macam-macam
sayuran, hasil rekomendasi petani disana saya mendapat masukan untuk menanam
asparagus sebagai komoditas utama, kemudian seledri, cabai, paprika, kol, sawi
dan stoberi sebagai komoditas tambahan untuk menekan cost saat perawatan asparagus. Karena asparagus baru dapat dipanen
sekitar 5 bulan, namun harganya cukup menjanjikan.
Semoga bisnis yang saya bangun nanti bukan malah ‘membunuh’ usaha para
petani, tapi meningkatkan kesejahteraan mereka. Saya punya mimpi besar untuk
Sukatani, menjadikan tempat ini sebagai agrowisata buah dan sayur dimana…..
(next post aja deh, hehe) Semoga dapat terealisasi dalam beberapa tahun
mendatang. Aamiin.
bersama Kang Dadan |
Tag :// jalan-jalan,
Tag :// pertanian