- Back to Home »
- Kunang-kunang
Selasa, 14 Januari 2014
siapa yang tidak tahu kunang-kunang?
tapi apakah kalian pernah melihatnya secara langsung? sekadar tambahan
pengetahuan tentang kunang-kunang, ia adalah serangga dari ordo Coleoptera,
satu ordo dengan kumbang-kumbang yang biasa kita lihat. kunang-kunang biasa
hidup di tempat yang memiliki udara bersih, air bersih dan tanah yang subur.
maka tak heran jika sekarang kita makin sulit menemukannya.
keberadaan kunang-kunang dapat dijadikan indikator sehat tidaknya lingkungan. terbukti dari habitat kunang-kunang berada di tempat berkelembapan udara tinggi. kebanyakan spesies kunang-kunang ditemukan di daerah dengan kelembaban tinggi dan hangat seperti kolam, sungai, lembah, parit dan padang rumput. udara lembab mengandung banyak uap air yang dimanfaatkan kunang-kunang untuk bernapas dan menghasilkan cahaya.
kunang-kunang memiliki organ dan sel khusus (Photocytes) yang mampu menghasilkan cahaya, terdapat pada segmen pertama atau kedua terakhir dari abdomen. kunang-kunang menghasilkan cahaya melalui serangkaian proses. dari proses dihasilkannya cahaya dapat diketahui oksigen dan nitrogen monoksida dalam udara bersih memiliki peran vital. pencahayaan ini berkaitan erat dengan tingkah laku kawin kunang-kunang, selain sebagai tanda peringatan bahaya serta untuk melindungi diri dari predator. setiap spesies kunang-kunang memiliki cahaya berbeda, yang membedakan mereka berkomunikasi dengan yang lainnya. dan saya baru tahu, ternyata yang memiliki sayap dan bisa terbang hanya kunang-kunang jantan. sementara yang betina menunggu di rerumputan. nah tentang kerlip cahaya, itu semacam ‘kode’. biasanya sang pejantan yang berkelip dahulu kemudian disusul sang betina. jika masa kawin selesai, kunang-kunang betina biasanya berhenti berkedip. lucu ya?
saya sendiri baru empat kali melihat
kunang-kunang secara langsung. tentu ini adalah momen langka, sebab
kunang-kunang hanya memiliki siklus hidup selama 2-3 minggu dalam bentuk imago
(dewasa), dan hampir satu tahun dalam bentuk larva yang tinggal didalam tanah.
inilah sebab mengapa kunang-kunang membutuhkan tanah yang subur untuk hidup,
sebab larvanya diketahui memakan cacing yang ada didalam tanah, penggunaan
pupuk yang tidak sesuai akan meningkatkan kadar garam dalam tanah dan
mengakibatkan kematian pada larva kunang-kunang.
kembali lagi ke pengalaman berjumpa
dengan kunang-kunang, pertama kali saya mendapati kunang-kunang di kebun milik
ayah saya di desa Naringgul, Puncak. terlihat ada beberapa hewan ini
beterbangan disekitar aliran sungai. saat itu saya masih SD, sehingga rasa
ingin tahu saya mendorong untuk menangkapnya. saya menangkap beberapa dan
menaruhnya didalam toples. namun ketika pagi hari, saya bosan karena cahayanya
tidak sejelas diwaktu malam, akhirnya kunang-kunang itu saya lepas
kembali. bicara tentang SD, pernahkah kalian mendengar kawan kalian berkata
bahwa kunang-kunang berasal dari kuku orang yang sudah meninggal? memang
sekilas bentuk guratan pada abdomennya mirip kuku jari manusia xD
pengalaman kedua saat berlibur bersama keluarga besar di daerah
Bandung. saya lupa nama daerahnya, tapi disana memang cukup terjaga
lingkungannya. saya melihat lebih banyak kunang-kunang disini, jauh lebih
banyak dari pengalaman pertama saya. pengalaman ketiga saya adalah saat menjadi
panitia kelas 3 Tafakur Alam SMAN 14. dan yang terakhir, beberapa waktu lalu
saat melewati jalan alternatif kampus IPB. namun saya ragu dengan yang
terakhir, sebab dihari kemudian, saya melihat bahwa air yang mengalir di
sekitar sawah terlihat kotor, namun saya akan kembali mengunjungi tempat itu
lagi dan memastikan apakah yang saya lihat adalah kunang-kunang atau bukan.
semoga saja masih dapat menemukannya.
udara, air, dan tanah yang bersih akan
melestarikan populasi kunang-kunang. oleh karena itu mari menjaga lingkungan.
banyak hal sederhana yang dapat dilakukan mulai dari sekarang seperti merawat
dan memperbanyak menanam pepohonan sehingga dapat membantu menetralisir udara
di sekitar kita, menjaga aliran air agar tetap bersih, dan menjaga kesuburan
tanah dengan membuat lubang resapan biopori. kunang-kunang di Jakarta,
mungkinkah? mungkin! yuk bareng-bareng kita jaga kota ini, dan kita nantikan
kembali kehadiran si kecil menawan, si kunang-kunang.