- Back to Home »
- curcol , inspirasi »
- Beasiswa Pertamaku?
saatku memulai menulis, aku baru saja selesai menyetrika beberapa
pakaian yang sukses terjemur kemarin. jam di ujung layar laptop
menunjukkan pukul 20.52 WIB. hujan deras, khas Bogor. ditemani lagu
ipang - sahabat kecil, juga semangkuk bakso yang dibelikan oleh Akka
-teman satu kontrakan-, by the way, terimakasih traktirannya, Ka.
akhir-akhir
ini waktu cukup lambat berlalu, terlalu banyak beban yang bertumpuk
dalam pikiran. ah, seharusnya ini bukan jadi beban, tapi entahlah, aku
sedang ingin meng-aduh tentang keadaanku. keadaan di kampus, dirumah,
semua membuat langkah kaki semakin berat. setiap pagi aku harus menarik
nafas panjang untuk mengawali semua. mengawali semua yang sempat
tertunda.
namun pagi tadi, semua terasa ringan. setelah aku mendapat kabar yang sangat membahagiakan. teramat sangat.
hari
ini, 18 Juli 2013, adalah kali pertama aku mendapat beasiswa!
Subhanallah, Alhamdulillah, Allahuakbar! ini adalah kabar terbaik dalam
setidaknya setahun terakhir -kabar bahwa aku diterima di IPB-.
namun,
tahukah kau kawan, tahukah kisah dibalik kabar baik hari ini? aku
sedang berbaik hati, akan aku ceritakan sebagian pada kalian.
-pengumpulan berkas-
januari,
aku tidak ingat kapan tepatnya, yang kuingat saat itu adalah kali
pertama aku pergi ke kampus dengan mengendarai motor sendiri. aku
mengambil file rapotku di asrama untuk kemudian di fotocopy dan
dilegalisasi di SMA ku, SMA 14 (aku selalu merinding ketika mengucap
nama sekolahku ini, seketika memori masalalu menguap dipikiranku,
semuanya). ini adalah perjuangan pertama, ketika harus ke kampus
sendirian dengan mengendarai motor, sempat beberapa kali salah jalan.
tapi kini, paling tidak aku hanya menghabiskan 80 menit untuk sampai di
kampus dari rumah. proses. bisa karena biasa.
kemudian
yang menjadi salah satu syarat untuk mengirim lamaran beasiswa ini
adalah transkrip nilai (IP) yang sudah dilegalisasi. harusnya mudah saja
untuk mendapatkan transkrip ini. aku sudah mengikuti prosedur yang
diberikan oleh pihak pelayanan mahasiswa TPB (tingkat persiapan
bersama). namun setelah semua selesai, tinggal menunggu cap dan
tandatangan direktur TPB, ada satu hal yang mengganjal. aku belum
menyelesaikan biaya administrasi tahun pertama. ya Allah, bagaimana
mungkin aku membayar sekian juta yang belum terselesaikan? akhirnya aku
putuskan tetap mengirim lamaran itu -dengan menempelkan sticky notes
pada transkrip IP yang belum dilegalisasi, menulis hal yang bodoh-.
berapa
bulan berselang, pengumuman seleksi berkas. Alhamdulillah aku lolos ke
tahap berikutnya, tahap psikotest dan group dynamic.
beberapa
hari sebelum melakukan tes, aku berkonsultasi dengan kakak kelasku
-dulu dia kakak kelasku di SMA 14-, Kak Delmar. di kantin Sapta, Fateta,
aku diberikan garis besar tentang test yang akan kuhadapi. terakhir
kali aku melakukan psikotest adalah saat Olimpade MIPA tingkat SD, tahun
2005 dan aku gagal melewatinya, tidak ada persiapan.
-psikotest-
tibalah
hari itu. ternyata soalnya tidak jauh berbeda dengan soal TPA ketika
SNMPTN Tulis dulu, namun ketika masuk ke bagian menghitung, ada hal
bodoh yang aku lakukan. jelas-jelas disediakan kertas buram, namun aku
tidak menggunakannya untuk menghitung, alhasil 4 nomor sempurna kosong,
tak terisi karena kehabisan waktu untuk 'menghayal', harusnya aku
menuliskannya bukan hanya membayangkannya.
sampai ke
bagian kedua, dinamika kelompok. bukannya sombong, namun hal seperti ini
sudah sering kudapat sejak SMA, aku tidak kesulitan mengungkapkan apa
yang aku pikirkan. satu kalimat jitu yang aku sampaikan sebagai
pamungkas pada studikasus yang diberikan, "jika tidak menyibukkan diri
dengan hal-hal baik, maka hal-hal buruklah yang akan menyibukan diri
kita."
beberapa waktu berselang, pengumuman berikutnya
pun datang. aku membuka laptop dan mencari koneksi di CCR (common class
room). Alhamdulillah, lagi-lagi namaku tertera disana. aku akan
menghadapi tahap selanjutnya, tahap wawancara!
-wawancara-
aku
mendapat jatah wawancara di Ruang Komputer 2, Student Centre. sedikit
tegang awalnya, namun aku masuk pintu setelah namaku dipanggil. menjabat
tangan tiga orang pewawancara yang ada didalam ruangan dengan mantap. seperti
yang diajarkan oleh Alm. Bapak Dono -Komite SMA 14- untuk menjabat
tangan sambil memperkenalkan nama dan menatap mata lawan bicara. ini
efektif untuk menimbulkan kesan pertama. kesan bahwa kita percaya diri.
ditanyai
banyak hal, kurang lebih setengah jam wawancara itu berlangsung. mulai
dari rencana hidup, pengetahuan umum, dan pengalaman selama hidup. aku
harus berterimakasih pada sahabatku, Deni Indracahya, karena telah
membuatku secara 'terpaksa' terjun langsung ke masyarakat. hal inilah
yang membuat ketiga bapak-bapak tadi terlihat kagum. Sahabat Lentera
Indonesia, organisasi independen, bergerak di bidang
sosial-kependidikan. ingin memberikan suatu 'pandangan' baru kepada
adik-adik kami disekolah dasar bahwasanya sekolah itu bukan semata-mata
duduk dikelas, tugas, dan ujian. mereka harus melihat keluar, melihat
kawan-kawan sebaya mereka dibelahan negeri lain yang luar biasa dalam
usianya. mereka tertarik dengan organisasi yang masih bocah ini, dan
yang pasti, ini adalah nilai plus bagiku. ya, aku sudah berusaha
menyalakan lilin ditengah gelapnya kehidupan -meski sinarnya tidak
terlalu terang-.
namun ada bagian wawancara yang aku ingat dan mungkin akan selalu aku ingat.
bapak
yang sepertinya keturunan cina dan paling senior diantara pewawancara
yang ada berkata, "Mogi, sepertinya sulit bagi kami untuk meloloskan
kamu untuk menerima beasiswa ini...."
deg, jantungku berdegup cepat, aku mulai mengatur nafas yang tersengal.
"Jika kamu gagal, apa yang akan kamu
lakukan? hal real seperti apa yang akan kamu lakukan? apakah kamu akan
stress? atau bagaimana?" beliau melanjutkan pembicaraannya.
diam sejenak, aku menghela nafas panjang
dan mencoba menjawab, "Saya akan berprasangka baik pada Tuhan, Pak.
Kalau saya tidak menerima beasiswa ini, berarti ada orang yang lebih
baik dan berhak untuk beasiswa ini, dan ini pastilah rencana terbaikNya
untuk saya."
"Bukan itu! itukan hanya didalam hati kamu saja, tapi apa yang akan kamu lakukan?" bapak itu menimpali lagi.
aku
tercekat, panik, bingung harus menjawab apa. akhirnya... akhirnya aku
bersyukur akan rasa sakit yang pernah aku rasakan enam bulan silam. itu
semua adalah jawabannya!
"Saya pernah mengalami hal serupa, Pak,
hanya saja dengan wanita. Wah, saya malah curhat tapinya nanti, haha."
aku mencoba kembali mencairkan suasana.
"Hal apa itu? Coba anda ceritakan." Bapak yang ada ditengah menimpali, mungkin penasaran.
"Iya,
saya pernah ditolak, Pak, beberapa waktu yang lalu. dan saya belajar
hal yang berharga dari situ, pengikhlasan, dan keyakinan, 'believe'.
Cinta itu mengikhlaskan, ikhlaskan dia pergi jauh, biarkan Tuhan dengan
skenario terindahnya akan menjawab semua, jika memang jodoh, tentu dia
akan kembali."
"Lha, terus kamu ga coba ngejar dia? Masa' ga ada usahanya sih?" Bapak itu menimpali lagi.
"Ada
pak! Usaha saya justru dengan menyibukkan diri, memperbaiki diri.
Seringkali kita berpikiran bahwa untuk mendapat ikan kita harus
memancing. Padahal kita bisa membeli ikan dengan kualitas dan selera
kita sendiri di pasar, bukan? Tentunya dengan asumsi bahwa kita
mempunyai uang." aku menjawab, sambil menahan sesak. sesak sekali
mengingatnya.
"Jadi intinya, Pak, saya akan menyibukkan diri jika
tidak diterima beasiswa ini. Mungkin dengan kembali mengirim lamaran
beasiswa ke instansi lain atau mungkin saya akan membuat lagu tentang
kegalauan saya karena di tolak beasiswa ini, siapa tau saya jadi artis
youtube, terkenal, dapet uang, haha." aku berusaha mengembalikan suasana
hati yang gaduh.
"hahaha, baiklah, sepertinya sejak saya wawancara, kamu yang paling ekspresif, semoga kamu sukses ya, Mogi."
Aku
menjabat tangan ketiga bapak pewawancara, keluar ruangan, dengan
perasaan ganjil, bukan karena takut ditolak lamaran beasiswanya, namun
karena aku menghabiskan banyak energi untuk mengingat kejadian masa
silam itu.
sebenarnya ini lebih ke arah curahan hati daripada wawancara. namun sekadar bocoran kepada teman-teman yang akan menghadapi wawancara. sebenarnya pewawancara hanya mencari sesuatu yang entertain. mereka butuh hiburan, jadi, don't be too serious, make it easy. hehe
-hari pengumuman-
Pagi ini
kegiatanku banyak, dimulai dari bertemu Kak Miftah, pemilik angkringan
sego kucing "takashi murah" --lagi-lagi alumni SMA 14- untuk
membicarakan sponsorship dengannya. luar biasa sekali, tahun lalu dia
juga merupakan panitia di acara perkenalan kampus, namun hanya setahun
berselang, dia ingin menjadi donatur! setelah menyelesaikan urusan
dengan Kak Miftah, aku memberi sedikit memberi briefing pada Eska,
Syabina, dan Osi untuk membuat peta jarkom di departemenku. setelahnya
pergi ke rektorat, mengambil proposal sponsorship yang ternyata masih
terbelit birokrasi (-_-). setelah itu, aku duduk didepan ruangan DPM KM,
membaca Al-Qur'an, tak terasa sudah sampai Juz 26. tiba-tiba kawanku,
Fadel datang dengan wajah sumringah, dan menyalamiku, "Selamat ya Gi!
ente lolos beasiswa!"
aku hanya diam, dalam hati meledak-ledak,
berteriak ALHAMDULILLAAAAH! namun tak ku lakukan, aku khawatir ada yang
terganggu atau sakit hati dengan ekspresiku yang berlebihan. aku
diselamati oleh kawan-kawan disekitarku saat itu, layaknya baru berulang
tahun.
namun kawan, tahukah kau, sampai hari ini biaya
administrasi tahun pertamaku belum juga selesai, aku terus berdoa agar
Allah memberikan kemudahan lagi setelah banyaaaak sekali
kemudahan-kemudahan yang diberikanNya. aku tetap percaya, tidak ada yang
sulit bagi-Nya. dan aku dapat bernafas lega karena semester depan
berarti aku tidak harus membayar uang kuliah, sesuai target yang pernah
aku buat, membiayai kuliah tahun kedua dengan usaha sendiri (aku membuat
rencana dengan mulai berwirausaha) namun ternyata Allah memberikan
jalan lain, jalan yang lebih indah...
Alhamdulillah...
begitulah penggalan cerita yang dapat aku rangkai, sebagian lainnya lebih baik tidak diceritakan, atau mungkin lain waktu aku akan ceritakan pada kalian (kalau sedang berbaik hati).
sekali
lagi aku ingin mengucapkan terimakasih kepada semua yang telah membantu
dan mendoakan, Papa, Mama, Kak Delmar, Andi, Kikim, Amin, Alm Pak Dono,
Oji, Deni, SMA N 14 Jakarta dengan segala dinamikanya dan dia.
ketika tujuan mulia telah kau azzamkan
ketika usaha-usaha terbaik telah kau lakukan
ketika doa-doa terindah telah kau panjatkan
maka Tuhan akan menjawab doamu
dan Tuhan tidak akan pernah mengecewakanmu
SEDIKITPUN! :')
beasiswa apa giii? yang tanoto kemaren atau bukaaan?
BalasHapusalhamdulillah, cha :)
BalasHapuskak, ini pas banget sama saya yang masih menunggu jawaban PTN, hehe jadi makin semangat bersabar dan menunggu.
BalasHapusjawaban buat wawancaranya juga keren kak. hehe:D
alhamdulillah kalau ada manfaatnya, kadang memang begitu, orang yang kepepet suka sibuk. sibuk merangkai kejadian demi kejadian untuk menjawab kegundahannya atau sekadar menghibur diri sendiri, haha.
BalasHapus"Aku tidak tahu ini musibah atau anugerah, aku hanya berprasangka baik kepada Allah"
semangat silmy! :D