Jumat, 06 Desember 2013

Wahai... memang siapa kamu?!
Beraninya mencuri kata "Maha" untuk depan namamu
Sadarkah kamu apa artinya itu?
Atau jangan-jangan kamu hanya mengaku-ngaku!
Maka tanyakankanlah pada Kasim, Mahasiswa Pertanian
Yang rela 15 tahun tak pulang ke almamater apalagi kampung halaman
Demi terbitkan satu-dua cahaya di Waimintal, Sulawesi Utara
Berbekal kaos berlumpur dan sandal yang tak sama warnanya
Atau tanyakanlah artinya pada Iwan, Ida, dan Hadi di kuburnya
Tiga Trisakti yang ditusuk peluru panas reformasi
Tanyakan pada mereka apa itu mahasiswa
 
Dosa zaman kukira
Saat para orang tua mengemis harap pada anaknya;
"Nak, segeralah beli topi toga itu dengan cara apa saja yang ananda damba,
Dan segera cakar langit Jakarta!"
 
Duhai... Merah putih itu koyak lagi
Badai itu datang lagi
Bahkan kali ini ia lebih gemuruh dari ombak di laut jauh!
Bahkan saat ini ia lebih dahsyat dari topan yang merayap dari barat!
 
Wahai... Negeri nestapa ini poranda lagi
Air mata ini menggenang lagi
Tapi jangan sekali-kali,
Kau tanya kemana Mahasiswa?
Jangan ganggu dia, dia sedang sibuk tiarap di atas sofa
 
Sudah sampaikah di gendang telingamu?
Suara gemeretak gigi menggigil di trotoar sana
Di tengah deras hujan ibukota, tanpa ayah dan orang tua
Sementara di seberang jalan, seorang tua mengeluhkan AC di hotel bintang lima?
Terlalu dingin, katanya
Dan tolong, jangan kau tanya padaku kemana Mahasiswa
Jangan ganggu dia, dia masih sibuk berkeliling mall-mall tengah kota
 
Sudah sampaikan di retina matamu?
Gurat derita orang-orang yang diinjak-injak di negerinya sendiri
Jadi babu jongos di tanah lahirnya, apalagi diluar negeri
Sementara pejabatnya makin gendut makan keringat ibu pertiwi
Pemudanya teler di ujung gang dekat subuh dini hari
Sekali lagi kumohon, jangan kau tanya dimana Mahasiswa
Jangan ganggu dia, dia sedang asoy berdua-dua di taman ria
 
Tapi, kalau benar ada bara cinta di hatimu
Maka bakarlah setiap kedzaliman di depan retina matamu!
Kalau benar ada badai pecah di kedalaman jiwamu
Maka amuklah setiap keji sampai ujung negerimu!
Amuklah mereka dengan amarah angkara murka malaikat penjaga neraka
 
Kalau benar kau tak mengaku-ngaku
Hari ini negerimu tengah dilanda panjang kemarau
Maka jadilah kamu satu-dua tetes hujan, meski gerimis
Hari ini negerimu dikepung tentara kegelapan
Maka jadilah kamu cahaya fajar

Puisi ini kudapat dari sebuah kertas yang tercecer diruang kelas. Aku mengantuk di kelas, entah apa yang telah kulakukan hingga aku merasa begitu ngantuk, entah kenapa aku begitu tak bergairah menatap slide yang sedang ditampilkan dosen.
Namun, tulisan ini menggamparku seketika. Aku tercekat dalam riuh. Jantungku berdebar cepat. Apa iya aku mahasiswa? atau aku hanya mengaku-ngaku?

Sumber : Buletin Hikmah Mahasiswa Fisika 48 IPB

Puisi : Untuk (yang mengaku-ngaku) Mahasiswa







Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Tweet to me!

Tahukah kamu?

""

Followers

Featured Posts

Copyright © 2013 Mogi Bian Darmawan | Dark Simple Blogger Template Powered by Blogger | Created by Renadel Dapize | Ori. BRS-bt Djogzs | All Rights Reserved